SOLOPOS.COM - Mujimin, 45, saat mempraktekkan pembuatan kap lampu berbahan bambu di rumahnya yang berada di Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulonprogo, beberapa waktu lalu. (Harian Jogja/Hafit Yudi Suprobo)

Solopos.com, KULONPROGO — Produk kerajinan kap lampu berbahan bambu di Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulonprogo ternyata tidak hanya diminati oleh warga lokal. Karya warga asli Bumi Binangun ini ternyata juga diminati warga mancanegara, khususnya Jepang.

Pemandangan bambu menjadi hal yang biasa terlihat di rumah sederhana milik Mujimin, 45, warga Kalurahan Sidomulyo. Bambu yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi ternyata diamini betul potensinya oleh Mujimin.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Mujimin memutar otaknya sekitar medio 2003 lalu. Bagaimana ia membuat sebuah produk olahan bambu yang sekiranya memiliki nilai ekonomis tinggi. Ia mendapat untuk membuat kap lampu berbahan bambu.

“Selain membuat produk olahan bambu berupa kap lampu, saya juga membuat produk olahan bambu lain berupa nampan,” kata Mujimin pada Kamis (12/8/2021).

Baca Juga: Kerajinan Unik dari Magelang Berbahan Dasar Ijuk Sapu

Produksi kap lampu berbahan bambu yang dibuat Mujimin dibantu tiga karyawannya ternyata diminati pasar lokal dan DIY. Dalam sehari, rumah produksinya bisa membuat 15 sampai dengan 20 kap lampu.

“Sebelum dipasarkan ke luar ya masyarakat di dalam negeri harus mengerti dulu produk kita. Alhamdulillah respons warga terhadap produk kita juga baik,” kata Mujimin.

Pembuatan kap lampu dari bambu buatan Mujimin harus melalui sejumlah tahapan. “Untuk bahan baku bambu kami memanfaatkan tanaman bambu di sekitar rumah ya, jadi tidak harus jauh-jauh mencari. Untuk ukurannya juga disesuaikan dengan permintaan pelanggan,” ujar dia.

Baca Juga: Uniknya Kerajinan Limbah Organik, Suvenir Khas Desa Wisata Kandri

Kendala SDM

Dalam memproduksi produk olahan bambu, Mujimin juga menemukan sejumlah kendala. Salah satunya adalah kendala sumber daya manusia (SDM). Minat generasi muda dalam mengikuti jejaknya ternyata masih minim. Padahal, jika generasi muda ingin telaten dan mengetahui proses pembuatan kap lampu dengan seksama, pundi-pundi rupiah menanti mereka.

“Untuk kendala saat ini hanya pada sumber daya manusianya ya. Sekarang ini susah cari anak-anak muda yang mau kerja kaya gini, Semoga saja ke depan makin banyak yang mau ikut terlibat,” sambung Mujimin.

Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Kap lampu berbahan baku lampu besutan Mujimin dilirik hingga warga mancanegara, khususnya Jepang.

Beberapa waktu lalu, ia mendapatkan pesanan dari Jepang sebanyak 3.500 kap lampu bambu. Namun, untuk bisa sampai ke sana proses yang dilalui Mujimin pun tak mudah. “Sebelum akhirnya bisa diekspor, kami telah mengajukan beberapa sampel, ternyata sangat diminati mereka, sehingga langsung memesan dalam jumlah banyak,” terang Mujimin.

Berkah di Tengah Pandemi

Pesanan kap lampu tersebut ibarat ketiban durian runtuh. Terlebih, pesanan tersebut datang saat pandemi Covid-19 belum usai. Terlebih, saat ini pemerintah masih memberlakukan PPKM yang dampaknya juga dirasakan oleh Mujimin.

“Syukurlah ada pesanan, di tengah kondisi kaya gini. Alhamdulillah usaha saya jadi terbilang cukup berkembang dan mulai bisa ekspor ke Jepang. (Kap lampu) buat memenuhi kebutuhan ornamen salah satu hotel di sana,” terang Mujimin.

Ia menilai warga mancanegara cenderung suka dengan kreativitas orang Indonesia dalam membuat kerajinan bambu. Umumnya kerajinan bambu ini disukai sebagai ornamen peghias ruangan karena terlihat lebih alami.

Kesuksesan Mujimin menembus pasar luar negeri tidak luput dari upayanya menjaga kualitas produk. Sebelum dikirim, ia harus memastikan produk tersebut tanpa cacat. Selain kualitas, ketepatan waktu pembuatan juga harus diperhatikan.

Produk kerajinan bambau lain yang dibuat Mujimin, salah satunya nampan. Produk ini juga berhasil diekspor ke berbagai negara seperti Belanda, Jerman, Malaysia, Amerika Serikat, dan Singapura.

Bupati Kulonprogo, Sutedjo, menilai UMKM di wilayahnya memiliki peluang dan potensi yang sangat besar untuk mengembangkan diri melalui pemasaran produk-produk UMKM sebagai bahan ekspor,

“Namun memang ada berbagai keterbatasan yang sesungguhnya keterbatasan tersebut dapat di kelola melalui pelatihan atau motivasi-motivasi kepada pelaku UMKM di Kulonprogo,” kata Sutedjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya