SOLOPOS.COM - Pengendara mobil dan sepeda motor melintasi jalan dengan sistem dua arah di Jl. Slamet Riyadi, Purwosari, Solo, Kamis (23/6/2016). Penerapan Sistem Satu Arah (SSA) Purwosari-Gendengan menurut rencana akan diundur Dishubkominfo Kota Solo setelah Lebaran 2016. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Lalu lintas Solo, penerapan SSA Gendengan-Purwosari akan membuat jalan kampung padat.

Solopos.com, SOLO–Beberapa warga di wilayah Kecamatan Laweyan menolak penerapan sistem satu arah (SSA) di Jl. Slamet Riyadi yakni Gendengan-Purwosari. Mereka menilai penerapan SSA tersebut akan membuat jalan kampung di kawasan itu dipadati kendaraan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah satunya diungkapkan warga Kelurahan Bumi, Bella. Ia menilai penerapan SSA itu akan memindah kemacetan ke jalan kampung. Sebab, banyak pengguna kendaraan bermotor yang ingin memotong jalan dan tidak ingin memutar.

“Penerapan itu malah membuat tidak efisien. Nantinya banyak kendaraan yang memilih untuk melewati jalan kampung dan itu bisa mengganggu masyarakat. Tidak hanya suara yang bising, tetapi juga padatnya kendaraan,” katanya, Jumat (28/7/2016).

Ia berharap Pemerintah Kota (Pemkot) melakukan kajian ulang dengan melibatkan masyarakat. “Lebih baik tetap dua arah. Untuk angkutan berat sebaiknya dialihkan dengan sistem jalur lingkar sehingga tidak melalui jalur tengah kota,” ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan warga Kelurahan Sriwedari, Adam. Ia juga menilai dari penerapan SSA itu akan banyak pengguna jalan yang berupaya mencari jalur alternatif di jalan kampung agar tidak memutar terlalu jauh. “Kasihan warga yang berada di sekitar jalur itu. Mereka bisa terganggu karena banyak kendaraan yang mencari jalur alternatif,” tutur Adam.

Sementara, Pengamat Transportasi asal Solo, Muslih Hartadi, memandang penerapan SSA di Jl. Slamet Riyadi lebih hati-hati dibanding dengan SSA sebelumnya. Bisa jadi karena berkaca dari banyaknya permasalahan di lapangan.

“Indikasinya bisa dilihat dari rencana implementasi SSA Jl. Slamet Riyadi yang beberapa kali ditunda. Saya menduga bahwa pemangku kebijakan ingin memastikan bahwa dampak pindahnya kemacetan ke titik lain bisa diminimalkan. Ini juga bisa dilihat dengan dilakukannya survei dan kajian oleh tim dari tiga universitas untuk SSA itu,” katanya, Jumat.

Ia menambahkan SSA di Jl. Slamet Riyadi dimungkinkan akan mengurai kepadatan di Purwosari. Namun, yang perlu diwaspadai adalah dampak SSA terhadap kepadatan lalu lintas di sekitar Gendengan dan Badran. Menurutnya, masih ada dua hal penting yang sepatutnya dipikirkan dan dirembug solusinya.

“Pertama, perihal kajian keselamatan SSA yang utamanya terkait dengan perilaku pengguna jalan. Juga kajian dampak ekonomi yang dulu katanya akan dilakukan pada saat pembahasan dengan DPRD. Tapi, kenyataannya sampai saat ini belum ada informasi kelanjutannya,” kata dia.

Dalam penataan transportasi, lanjut dia, selain kajian teknis yang memadai juga memerlukan komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat. “Belajar dari pengalaman sebelumnya, komunikasi dan sosialisasi menjadi hal penting yang patut dipertimbangkan dengan matang. Terutama untuk mengambil kebijakan yang berdampak besar bagi masyarakat,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya