SOLOPOS.COM - Anggota TNI dan Dishubkominfo Solo, berjaga saat penerapan sistem satu arah pada hari pertama di simpang tiga Purwosari, Laweyan, Solo, Kamis (17/3/2016). Sistem satu arah tersebut diterapkan pada tiga ruas jalan secara serentak di Jl. dr. Radjiman, Jl. KH. Agus Salim, dan Jl. Perintis Kemerdekaan, untuk menekan angka kecelakaan serta meningkatkan minat warga menggunakan angkutan umum massal. (Ivanovic A/JIBI/Solopos)

Lalu lintas Solo, ratusan warga Laweyan menggelar doa bersama dengan memblokade Jl. Dr. Radjiman.

Solopos.com, SOLO–Ratusan warga Laweyan menggelar aksi doa bersama dengan memblokade Jl.Radjiman, Kamis (19/6/2016) malam.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Doa bersama sebagai bentuk protes penerapan kebijakan jalan searah di Jl.dr.Radjiman, Jl.Perintis Kemerdekaan, dan Jl.Agus Salim. Blokade jalan dimulai pukul 20.00 WIB hingga 20.30 WIB. Seusai doa bersama massa kemudian berkumpul di Markas SAR Juba Rescue Ponpes Takmirul Islam.

“Kami tetap pada sikap menolak penerapan sistem satu arah [SSA] karena kebijakan ini sangat dipaksanakan. Warga menolak dengan segala akibatnya,” kata Pimpinan Ponpes Takmirul Islam, Muhammad Ali, saat ditemui Solopos.com, seusai doa bersama.

Doa bersama dengan memblokade jalan adalah upaya terakhir karena berbagai bentuk penyampaian aspirasi tak pernah membuahkan hasil. “Warga yang menolak bingung harus bagaimana lagi. Ini bentuk kepedulian semoga didengar penguasa di Solo.”

Jika aksi tadi malam tidak juga direspons oleh pembuat kebijakan, dia mengancam menggelar aksi serupa di siang hari. “Kami khawatir jika tidak direspons maka implikasinya akan lebih besar lagi. Kasak kusuk di masyarakat grassroot sudah sangat membahayakan. Opini masyarakat bisa jadi akan semakin liar mengarah ke isu SARA dan politik. Itu tidak bisa dipungkiri, suara Rudy [FX Hadi Rudyatmo] di Laweyan itu jeblok, makanya sekarang dia membuat kebijakan yang tidak pro rakyat Laweyan dan tidak memperhatikan kemaslahatan masyarakat.”

Protes kebijakan SSA sudah disampaikan beberapa kali dalam bentuk dialog dengan pemangku kebijakan. SSA yang diharapkan mengurai kemacetan justru menimbulkan yang lebih parah di Jl. Samanhudi dan jalur-jalur kampung di seputaran Laweyan. Apalagi di Jl. Samanhudi ada ada tiga pondok pesantren,  empat SD, tiga TK, dan dua perguruan tinggi. Angka kecelakaan di jalan-jalan alternatif itu juga meningkat hingga 400%.

“Dishubkominfo berdalih SSA untuk kenyamanan pengguna jalan namun yang terjadi justru sebaliknya. “Anak kecil tidak lagi berani bermain di jalan kampung karena ramai. Ada anak kecil main sepak bola saja ditabrak.”

Dia menyebut warga merasa dibohongi pemerintah karena kebijakan itu tidak pernah disosialisasi. Pemerintah selalu meredam gejolak warga dengan dalih bahwa kebijakan itu masih uji coba.

Sementara itu, puluhan aparat kepolisian dan Dishubkominfo Kota Solo turut mengamankan aksi blokade Jl. Radjiman. Arus kendaraan dari arah Manahan ke Jl. Radjiman mulai ditutup dari perempatan Gendengan dan simpang tiga Baron.
Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, saat ditemui di sela-sela Sonjo Wargo di Gedung Mawar mengatakan SSA dibuat karena Solo tidak mampu menambah jalan sehingga dibuat rekayasa satu arah.

“Biar nggak macet jadi harus dibuat satu arah. Semua jalan bisa terlewati. Kalau ada yang menolak, ya ndak apa-apa itu hak. Tapi kebijakan itu akan kami teruskan,” kata Rudy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya