Lalu lintas Solo, Purwosari hingga Gendengan diberlakukan sistem satu arah.
Solopos.com, SOLO — Jl. Slamet Riyadi ruas Purwosari-Gendengan ditetapkan searah untuk kendaraan pribadi dan boleh berjalan dua arah dengan sistem melawan arus (contra flow) bagi angkutan umum setiap pukul 06.00 WIB-22.00 WIB, mulai Selasa (13/9/2016). Warga diminta mendukung kebijakan rekayasa manajemen lalu lintas tersebut.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Sebelumnya, sejumlah warga di Kampung Badran Purwosari dan Penumping khawatir penerapan sistem satu arah (SSA) dan contra flow di Jl. Slamet Riyadi ruas Purwosari-Gendengan berdampak pada peningkatan volume kendaraan di jalan perkampungan. Warga menghendaki pemerintah meminimalkan dampak rekayasa manajemen lalu lintas tersebut. Baca: Ini Skenario Atasi Jalan Searah
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Sri Baskoro, menjelaskan model jaringan jalan di Kota Solo berbentuk grid atau jalan utama terhubung langsung dengan jalan lingkungan. Baca: Ini 5 Lokasi Konflik Jalan Satu Arah
“Model jaringan jalan di sini grid sehingga banyak sekali jalur alternatif. Kondisi jalan saling berkaitan. Kami berharap jalan lingkungan [jalan kampung] bisa mendukung jalan perkotaan, jalan kota mendukung jalan provinsi, dan jalan provinsi mendukung jalan nasional,” kata dia saat ditemui di sela sosialisasi SSA Purwosari-Gendengan di kawasan Purwosari, Senin (12/9/2016) siang.
Dengan karakteristik itu, Baskoro tidak menampik pengguna jalan bakal memilih jalan kampung sebagai jalur alternatif untuk mencari pengalihan jalan terdekat. Baca urwosari-Gendengan Satu Arah, Ini Jalur Alternatif
Meskipun demikian, pihaknya telah menyiapkan rute pengalihan arus lalu lintas melintasi jalan utama untuk meminimalkan ekses SSA dan contra flow Purwosari-Gendengan.
Disinggung soal pemasangan portal di sejumlah jalan perkampungan Purwosari dan Penumping untuk menjaga keamanan lingkungan, Baskoro menyebutkan hal itu bisa mengganggu kelancaran lalu lintas.
“Kami imbau jalan tidak diportal. Utamakan aksesibilitas pengguna jalan. Warga tidak boleh egois. Kalau untuk keamanan, warga bisa mengoptimalkan siskamling,” jelas dia.
Selain dampak negatif, sambung Baskoro, warga juga perlu melihat dampak positif peningkatan volume kendaraan di perkampungan mereka.
“Jalan diportal itu hanya menguntungkan dalam jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang akan merugikan. Jalan yang banyak dilewati kendaraan makin menguntungkan secara ekonomi karena makin diakses orang. Jangan traumatis dulu,” katanya.