SOLOPOS.COM - Seratusan warga menggelar Salat Hajat dan doa bersama di Jl. dr. Radjiman, Laweyan, Sabtu (4/6/2016). Aksi itu untuk memprotes kebijakan sistem satu arah (SSA) yang diterapkan di Jl. dr. Radjiman, Jl. Perintis Kemerdekaan dan Jl. Agus Salim. (Chrisna Canis Cara/JIBI/Solopos)

Lalu lintas Solo bulan depan sistem satu arah akan diterapkan di Purwosari-Gendengan.

Solopos.com, SOLO – Penerapan jalur sistem satu arah (SSA) di masih dikeluhkan warga Laweyan. Hal itu terungkap dalam reses Wakil Ketua DPRD Kota Solo, Abdul Ghofar, yang digelar Jumat-Minggu (19-21/8/2016).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ghofar mengatakan keluhan itu mengemuka di tiga dari empat lokasi reses yang ia lakukan yaitu di Kantor DPC PKS Laweyan di Jajar; Mangkuyudan RT 002/RW 001, Purwosari dan Aula Kantor Ranting Wanita Islam Sriwedari RT 006/ RW 002, Purwonegaran, Sriwedari. Masyarakat banyak mengeluhkan kondisi lalu lintas yang tidak berimbang.

“Keluhan mereka, Jl. Dr. Radjiman jadi sepi, sedangkan Jl. Samanhudi menjadi terlalu ramai,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di Kantor DPRD Kota Solo, Senin (29/8/2016).

[Baca Juga : 13 September SSA Purwosari-Gendengan Diterapkan]

Keluhan itu rata-rata disampaikan para pedagang atau bakul. Tidak berimbangnya volume kendaraan yang melintas berpengaruh pada omzet jualan mereka, khususnya di Jl. Dr. Radjiman. Pedagang di pinggir jalan itu mengaku sepi pembeli.

“Saya sudah meminta para bakul membuat paguyuban kemudian silakan menggelar hearing dengan DPRD Solo,” tuturnya.
Selain itu, banyak masyarakat yang terpaksa memutar arah cukup jauh untuk sampai ke lokasi tujuan. Padahal, masih sama-sama wilayah Laweyan. Ghofar mencontohkan, warga Pajang harus mengambil jalan memutar ke selatan melewati daerah Batik Keris agar bisa sampai ke Baron.

“Tak jarang, warga di sekitar Kampung Batik Laweyan harus memutar jauh untuk bisa ke Baron dan sekitarnya,” kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Lebih lanjut, keluhan-keluhan masyarakat yang mencuat selama reses sudah ia catat. Masyarakat juga dipersilakan menyampaikan aspirasi secara tertulis.

“Kalau reses biasanya yang bisa bicara cuma sedikit. Hasil reses akhirnya cuma sedikit. Dengan tulisan, aspirasi mereka bisa terkumpul banyak,” terangnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya