SOLOPOS.COM - Ilustrasi polisi mengatur pembatas jalan. (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Lalu lintas Jogja, penerapan konsep bundaran besar mendapat respon positif

Harianjogja.com, JOGJA — Beberapa warga Kota Jogja setuju dengan rencana Dinas Perhubungan Kota Jogja yang akan menjadikan Malioboro sebagai ‘bundaran besar’. Tapi, menurut mereka para pengambil kebijakan harus mencari solusi dari dampak yang dihasilkan seperti kemacetan dan ketersediaan lahan parkir.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Baca Juga : LALU LINTAS JOGJA : Konsep Bundaran Dibahas, Apa Saja Kendala yang Mungkin Terjadi?

Salah satu warga Kota Jogja, Odi mengatakan mendukung konsep bundaran besar yang ditawarkan oleh Dinas Perhubungan Kota Jogja. Namun ia merasa konsep tersebut akan menghasilkan kemacetan di jalan-jalan lain karena jalan yang awalnya dua arah, seperti Jalan Suryotomo dan Mataram berubah menjadi satu arah.

“Kalau jadi kayak gitu malah tambah bikin macet. Itu sih yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Supaya nantinya jalan lain tidak macet,” katanya saat ditemui di Malioboro, Jumat (14/7/2017).

Odi juga setuju jika nantinya Malioboro menjadi kawasan semi pedestrian, kendaraan bermotor, kecuali angkutan massal dan untuk kepentingan darurat, tidak boleh melintasi kendaraan. Hanya saja ia meminta pemerintah untuk memikirkan masalah lahan parkir. Karena menurutnya Taman Khusus Parkir Abu Bakar Ali kapasitasnya tidak akan cukup jika harus menampung kendaraan wisawatan yang berkunjung ke Malioboro.

“Kalau untuk parkir bus kan sudah mendukung seperti Senopati. Kalau mobil kan selama ini harus parkir di jalan sirip Malioboro. Kalau untuk motor saja Abu Bakar Ali cukup lah. Untuk parkir mobil yang harus dipikirkan dimana tempatnya,” jelas pria yang bekerja di Bank BPD DIY ini.

Odi menambahkan, karena kendaraan bermotor nantinya tidak boleh lagi melintasi Malioboro, angkutan massal yang masuk Malioboro harus ditambah dan kualitasnya pun juga sudah semestinya ditingkatkan. Ia mengatakan keberadaan Trans Jogja saat ini memang sudah cukup bagus. Apalagi dengan keberadaan armada baru.

“Tapi kadang-kadang supirnya masih ugal-ugalan. Maintenancenya harus ditingkatkan. Banyak bus lama yang sudah berasap tapi tetep beroperasi. Yang baru-baru juga ada beberapa yang sudah mulai berasap,” ujarnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Jogja, Golkari Made Yulianto mengatakan ketika nanti Malioboro menjadi kawasan semi pedestrian, maka kendaraan bermotor, kecuali angkutan massal dan yang sifatnya darurat, tidak boleh lagi melintasi Malioboro.

Karena tidak ada kendaraan bermotor yang boleh melintasi Malioboro, Lanjut Golkari Made Yulianto, pihaknya saat ini, bekerja sama dengan Pemerintah DIY, sudah menyiapkan konsep awal untuk manjemen lalu lintas agar kendaraan tetap mengalir di kawasan tersebut.

“Misalnya Jalan Suryotomo sampai dengan Jalan Mataram akan mengarah ke utara. jalan Pasar kembang ke barat sampai simpang pasar kembang atau depan stasiun. Dari situ keselatan. Jalan Bhayangkara akan dirubah ke selatan. Sampai PKU kemudian ke timur. Bundaran besarnya seperti itu,” jelasnya ketika dihubungi Kamis (13/7/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya