SOLOPOS.COM - Nurika Fitra, menunjukan hasil panen semangka golden di kebun milik Joko di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jumat (19/8/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Model pertanian yang masih didominasi cara tanam lama dinilai bakal membuat kondisi pertanian di Wonogiri tak berkembang. Sebaliknya, petani harus melakukan kombinasi pertanian dengan menanami sebagian lahan untuk pangan dan sebagian lainnya berupa hortikultura.

Hal itu disampaikan Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Wonogiri, Dwi Sartono. Mestinya lahan pertanian di Wonogiri juga dihiasi oleh tanaman hortikultura yang dinilai lebih menguntungkan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kami coba mengajak pemuda atau minimal masyarakat yang berumur kurang dari 65 tahun untuk menghitung untung-rugi dalam bertani. Kami juga akan menyosialisasikan cara pemasaran agar petani tahu bagaimana cara agar hasil panennya terjual,” ungkapnya, Selasa (27/9/2022).

Dwi mengakui usaha pertanian hortikultura menguntungkan. Tetapi usaha pertanian pangan tak bisa serta merta ditinggalkan.

“Jadi para petani dapat melakukan kombinasi pertanian. Sebagian lahan digunakan untuk pangan dan sebagian lainnya digunakan untuk hortikultura,” katanya.

Baca Juga: Sentra Kopi di Wonogiri Ternyata Ada di 8 Kecamatan, Ini Daftarnya

Ia mengklaim, warga di sejumlah kecamatan telah menerapkan model itu. Di antaranya Pracimantoro, Bulukerto, Wuryantoro, Eromoko, dan Selogiri.

Di Selogiri, Dwi memiliki lahan yang digunakan untuk ditanami tanaman pangan dan hortikultura.

Kombinasi itu ia akui membawa lebih banyak profit daripada hanya mengandalkan tanaman pangan. Meski begitu, hal yang diperlukan berikutnya agar usaha rintisan di bidang pertanian lebih maju ialah keberadaan lahan yang luas.

“Lahan luas menjadi modal agar usaha pertanian dapat berkembang,” katanya.

Baca Juga: Cegah Inflasi, Wonogiri Peroleh Jatah 8.000 Tanaman Cabai dari Bank Indonesia

Petani lemon di Dusun Tanggung, Desa Ngambarsari, Kecamatan Karangtengah, Suyarno, mengaku kesulitan dalam memasarkan hasil panen meski penanaman lemonnya dinilai telah berhasil. Penanaman lemon itu dimulai sejak 2018.

“Ada 53 keluarga di Dusun Tanggung yang ikut menanam lemon dan merasakan panennya. Hasil panen lemon setiap tahun di sini ada sekitar 2,5 ton. Selama ini kebanyakan kami jual ke pasar. Kami inginnya ada pembeli yang datang dan langsung membeli lemonnya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya