SOLOPOS.COM - Ilustrasi laka lantas

Ilustrasi laka lantas

BANTUL–Pengguna motor gede (moge) diminta tak arogan saat  berkendara di jalanan. Menyusul sejumlah kecelakaan yang kerap melibatkan pengendara moge di wilayah DIY, terakhir Sabtu (27/4/2013) di perempatan Ketandan Jalan Wonosari Bantul.

Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986

Polisi diminta tak pandang bulu menindak pelaku yang bersalah kendati komunitas motor ini kebanyak merupakan kalangan masyarakat atas.

Koordinator Jaringan Pemantau Polisi (JPP) Bambang Tiong meminta kepolisian menindak tegas pengemudi moge yang melanggar lalu lintas. Meskipun dalam kecelakaan tersebut pengemudilah yang mengalami luka parah patah tulang bukan pengemudi dan penumpang ambulan yang tertabrak.

Ekspedisi Mudik 2024

Jangan sampai seperti kecelakaan moge yang terjadi tahun lalu di Kulonprogo hingga menelan korban jiwa. Namun pelaku tetap tak ditindak tegas. “Aturan bagimanapun tetap harus dilakukan.

Pengguna moge itu tidak kebal hukum meski kebanyakan pelaku masyarakat kalangan atas. Hukum ditegakan bukan melihat siapa yang mengalami luka parah,” tegas Bambang Minggu (28/4).

Ia pun meminta pengemudi moge tak arogan saat berkendara di jalanan dan menaati aturan lalu lintas. “Kalau aturan lalu lintas dan polisi saja berani dilanggar itu namanya preman jalanan,” ujarnya.

Laka Lantas

Kepolisian Bantul sendiri hingga saat ini belum menetapkan pengemudi Heri Setianto sebagai tersangka. Dr spesialis bedah itu hingga kini masih dirawat di RS Bethesda. Kanit Lantas Polres Bantul Ipda Amir Mahmud mengatakan, pengemudi kini belum bisa dimintai keterangan karena baru habis dioperasi.

“Kami hanya wawancara dengan pengemudi ambulan, kalau pengemudi moge belum bisa,” ungkapnya. Heri menurutnya mengalami patah tulang kaki, lecet di kepala serta luka di bagian tulang rusuk. Khusus tulang rusuk hingga kini masih menunggu hasil rontgen.

Terkait pelanggaran lalu lintas, kemungkinan menurut Amir hanya pelanggaran ringan karena menerobos Traffic Light. Namun soal penegakan hukum atas kelalaian berkendara menurutnya masih diselidiki.

Polisi bahkan kebingungan terhadap kasus ini. “Karena yang jadi korban justru pengemudinya yang luka parah, yang ditabrak tidak, juga bingung mau menjerat pengemudi,” pungkasnya.

Salah seorang pengemudi moge yang aktif dalam kegiatan perkumpulan komunitas motor besar tersebut, R. Tanto, menolak bila pengemudi moge disebut arogan. Menurutnya, kecelakaan yang terjadi di perempatan Wonosari tersebut tak terkait konvoi motor. “Itu pengendara pribadi di luar konvoi, kita tidak tahu,” katanya.

Hanya karena menggunakan moge maka banyak disorot masyarakat. “Hanya kebetulan pakai moge saja, tapi sebenarnya sama seperti kecelakaan sepeda motor biasa,” imbuhnya. Sedangkan terkait kegiatan konvoi, komunitas menurutnya selalu berkoordinasi dengan kepolisian atau selalu dikawal.

“Kalau sudah kegiatan konvoi kami minta kawal. Seperti kegiatan di Jogja sekarang itu berkoordinasi dengan Polda dan mendapat restu Ngerso Dalem (Gubernur DIY Hamengkubuwono X). Karena terkait peningkatan pariwisata,” paparnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya