SOLOPOS.COM - Dua petani Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen, memasang papan pengumuman bahwa sawah mereka tidak dijual, Selasa (14/7/2020). (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Warga Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen, yang setuju menjual tanah kepada investor pabrik sepatu angkat bicara terkait polemik yang terjadi di desa mereka.

Suranto, salah seorang warga Desa Bonagung, Sragen, setuju menjual tanahnya seluas 2.250 meter persegi kepada investor pabrik sepatu. Dia menilai tanah yang dimilikinya sejak 2011 itu tidak produktif untuk usaha pertanian. Suranto yang sehari-hari bekerja di perusahaan leasing tidak pernah mengelola lahannya itu secara langsung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya selalu menyewakan lahan itu sejak 2011. Tahun pertama, biasanya laku Rp2 juta, tahun kedua cuma Rp1,5 juta. Karena tidak prospek untuk usaha pertanian, maka harga sewanya murah. Kalau hasil kerja saya digunakan untuk membiayai tanam padi, sudah pasti rugi,” ujar Suranto kepada Solopos.com, Senin (20/7/2020).

Kapan Akhir Pandemi Covid-19 di Indonesia? Ini Prediksi Pakar UGM Jogja

Ekspedisi Mudik 2024

Suranto menilai lahannya itu tidak prospek untuk usaha pertanian. Menurutnya, saat musim kemarau tiba, para petani kesulitan mendapatkan air.

Meski sebagian petani sudah memiliki sumur pantek, hal itu tidak mengatasi masalah kekurangan air pada musim kemarau tahun lalu.

“Kekeringan pada musim kemarau tahun lalu sangat terasa dampaknya. Yang punya sumur simbel atau pantek saja masih kesulitan dapatkan air, apalagi yang tidak punya,” ujarnya.

Tidak Ada limbah

Suranto mendukung penuh langkah investor yang ingin membeli lahan dia. Dia meminta kalangan petani mempertimbangkan plus dan minus terkait rencana pembangunan pabrik sepatu itu. Selain bisa menyerap banyak tenaga kerja, keberadaan pabrik sepatu di Desa Bonagung, Sragen, itu juga tidak menimbulkan limbah yang mengganggu kenyamanan warga.

“Setiap kali ada pabrik, minusnya itu biasanya masalah limbah. Tapi, pabrik sepatu ini tidak ada limbah cair atau limbah udara, hanya limbah padat yang bisa diolah jadi bahan kerajinan,” ucap Suranto.

1 Keluarga Nakes di Sragen Positif Covid-19, Klaster Bakul Tahu Kupat Solo

Senada disampaikan Pitono, warga pemilik lahan dengan luas mendekati 8.000 meter persegi di Desa Bonagung. Pitono yang bekerja di bidang peternakan ayam dan perdagangan sapi itu belakangan juga terjun di bidang pertanian.

Namun, dia tidak keberatan menjual tanahnya itu kepada investor. Bahkan, Pitono juga ditunjuk sebagai bagian dari tim pembebasan lahan untuk pembangunan pabrik sepatu di Desa Bonagung, Sragen.

Mahasiswa UNS Solo Demo, Gelar Aksi Segel Kampus, Ini Tuntutannya

“Saya mendukung pembangunan pabrik sepatu itu karena bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar. Sekarang Desa Bonagung memang tidak masuk kategori desa tertinggal. Tapi, dari dulu desanya juga tidak berkembang. Kalau ada perusahaan pabrik sepatu, akan baik untuk perkembangan desa barangkali. Apalagi, pemilik lahan akan diberi lahan seluas 1 hektare yang akan dibangun tempat usaha. Nantinya ada 100 kios di sana,” papar Pitono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya