SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Ribuan hektare lahan kritis yang telah dihijaukan bakal dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kayu di Bantul. Saat ini kebutuhan kayu untuk kerajinan dan mebel di Jogja yang dipasok dari Bantul hanya sekitar 20 persen.

Di Bantul terdapat sekitar 8.750 hektare hutan rakyat di mana 6.000 hektare di antaranya merupakan lahan kritis. Lahan kritis seluas 4.500 hektare kini telah dihijaukan dengan penanaman berbagai bibit pohon, baik yang berada di wilayah pegunungan maupun pesisir yang terletak di sembilan Kecamatan yakni Dlingo, Imogiri, Pajangan, Sedayu, Sanden, Kretek, Bambanglipuro, Pleret dan Piyungan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertanhut) Bantul, Edy Suhariyanta, Selasa (12/7) menyatakan, warga pemilik lahan diperbolehkan menebang pohon-pohon tersebut agar dapat dijual dan memenuhi kebutuhan kayu di Bantul bila sudah berumur layak. Syaratnya, setiap penebangan satu batang pohon harus diganti dengan penanaman lima batang pohon sesuai aturan pemerintah.

“Untuk kayu jenis tertentu umur lima tahun sudah dapat ditebang. Jadi jangan beranggapan bahwa penghijauan itu hanya menanam sekali tidak. Tapi selalu ada penanaman baru dan juga penebangan yang penting sudah berumur layak,” katanya.

Sejauh ini kebutuhan kayu untuk mebel dan kerajinan masih banyak didatangkan dari luar daerah, hingga sebesar 80 persen, sisanya dipenuhi dari lokal. “Biasanya perajin mengambil ke luar Jogja, itu data yang dilansir Dinas Perdagangan, hanya 20 persen yang dipasok dari Bantul,” kata Edy.(Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Foto Ilustrasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya