SOLOPOS.COM - Foto: ilustras/arenamusic.com

Lagu kontroversial baik yang berbau cabul, kasar, dan konten negatif dinilai sudah memprihatinkan.

Solopos.com, SOLO — Pencipta lagu diharapkan dapat lebih mengedepankan etika dan hati nurani dalam menghasilkan karya, khususnya pencipta lagu anak-anak. Kondisi saat ini cukup memprihatinkan karena banyak lirik lagu yang diciptakan tidak lagi mengindahkan etika dan hanya mementingkan keuntungan komersial.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu ditegaskan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jateng, Budi Setyo Purnomo, ketika ditemui wartawan di sela-sela Kajian Analisis Hasil Pemantauan Penyiaran dengan topik Menakar Etika dalam Lirik Lagu Kita yang digelar di Graha Sarjana Universitas Sahid (Usahid) Solo, Jumat (27/3/2015).

Budi Setyo Purnomo menegaskan KPID Jateng periode 2014 hingga saat ini bahkan telah mencekal hingga 50 lagu berbau pornografi, baik lirik yang berkonotasi cabul, kata-kata kasar, maupun mengajak perilaku negatif seperti pergaulan bebas. Pencekalan dilakukan dengan membatasi jam pemutaran lagu-lagu tersebut atau bahkan melarangnya diputar di stasiun radio.

“Biasanya peredaran lagu melalui CD, dan dengan pencekalan ini mengurangi pemutaran lagu 60 persen di tengah masyarakat,” imbuhnya.

Namun dia mengakui, ironisnya, lagu-lagu tersebut justru lebih mudah diterima secara terbuka oleh masyarakat. Kondisi demikian, tentunya sangat memprihatinkan.

“Ornamen penciptaan lagu sudah bergeser, etika yang dulu ditaati, saat ini cenderung luntur karena pencipta lebih mementingkan larisnya hasil karyanya. Untuk meminimalisasi penayangan lagu berkonotasi pornografi ini tentunya memerlukan dukungan berbagai pihak termasuk pemda [pemerintah daerah] karena lagu dengan lirik cabul dan kata-kata kasar sangat cepat diterima masyarakat, termasuk anak-anak. Nah kalau anak-anak sudah seperti itu, mereka akan jadi apa nanti setelah 20 hingga 30 tahun mendatang?” urainya.

Dia menambahkan lagu-lagu anak-anak masa kini pun tak lepas dari pencermatan KPID. Kondisi yang memprihatinkan menurut dia, karena saat ini banyak lagu anak-anak yang liriknya justru berbau dewasa. Menurutnya, hal itu sangat jauh berbeda dengan penciptaan lagu anak-anak pada masa dulu.

“Kalau dulu lagu anak-anak diciptakan dengan memperhatikan sisi pendidikan dan psikologi anak. Tapi kalau sekarang, kebanyakan liriknya lirik dewasa. Kalau seperti itu dikhawatirkan nantinya anak-anak tidak bisa merasakan masa kekanak-kanakannya lewat lagu,” ungkapnya.

Menyikapi beberapa permasalahan terkait lagu tersebut, Budi mengharapkan agar para pencipta lagu dalam membuahkan karya mereka bisa dilakukan dengan mengindahkan etika dan mengedepankan hati nurani.

Sementara itu, hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut yaitu Seniman sekaligus Pengamat Lagu, Rusharjanto, Dekan Fakultas Bisnis dan Komunikasi Usahid Solo, Paramastu Titis Anggitya, dan psikolog Lisda Farkhani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya