SOLOPOS.COM - GANGGUAN KERA -- Seorang petani bekerja di ladangnya di lereng Merapi kawasan Selo, Boyolali, beberapa waktu lalu. para petani di lereng Merapi kini mengeluhkan gangguan kera liar yang menjarah tanaman mereka. (JIBI/SOLOPOS/dok)

GANGGUAN KERA -- Seorang petani bekerja di ladangnya di lereng Merapi kawasan Selo, Boyolali, beberapa waktu lalu. para petani di lereng Merapi kini mengeluhkan gangguan kera liar yang menjarah tanaman mereka. (JIBI/SOLOPOS/dok)

BOYOLALI – Ratusan ekor kera liar menyerang lahan pertanian di lereng Gunung Merapi. Akibatnya, ribuan hektar lahan di lereng Merapi rusak. Pasalnya, serangan kera liar kembali mengintai petani setelah beberapa waktu lalu sempat meresahkan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Serangan ratusan ekor kera terus mengganas pascaerupsi 2010 silam. Kini, kawanan hewan liar itu menyerang lahan pertanian kami lagi. Tanaman pun ada yang ludes dan rusak,” jelas Kepala Desa Suroteleng, Kecamatan Selo, Mardiyanto, Selasa (10/1/2012) Mardiyanto menjelaskan serangan kera liar ini mengancam pasokan sayuran. Sehingga penyaluran sayuran ke berbagai pasar tersendat. Bahkan, serangan kera ini lebih ganas dibanding beberapa waktu lalu. Alhasil, lahan pertanian warga yang mayoritas ditanami sayuran nyaris ludes.

Dijelaskan, dari lahan seluas 90 hektar yang dikelola oleh 525 KK rusak. Pasalnya, mereka menderita kerugian hingga mencapai Rp200 juta sekali panen. Padahal, tanaman sayur milik petani lereng Merapi ini tinggal sepekan lagi dapat dipanen.

“Hewan-hewan liar itu datang dan pergi sesuka hati. Kami bisa rugi terus-menerus jika begini tanpa ada penanganan yang lebih baik. Sebab, kera itu tidak takut jika kita tunggu di lahan,” imbuhnya. Bahkan, serangan ini juga merembet ke Desa Jrakah, Kecamatan Selo. Puluhan hektar kebun milik warga telah dirusak kera. Beberapa jenis tanaman seperti sayuran serta palawija pun turut dibabat mamalia ini.

“Singkong untuk pakan sapi di kandang juga dimakan. Warga sampai pusing mau dibagaimanakan kera-kera itu agar tidak menyerang lahan kami,” papar Kades Jrakah, Tumar. Diduga, erupsi tahun 2010 telah merusak hutan di areal lereng Merapi bagian atas. Akibatnya, kera kesulitan mencari makan di habitatnya sehingga terpaksa turun ke areal ladang petani.
Para petani sudah mencoba berbagai cara untuk mengatasi serangan ini. Antara lain, memasang perangkap berupa jaring setinggi 2 meter hingga nekat membunuh dengan cara diracun.

“Namun, cara itu sudah tidak mempan bagi kera Merapi. Serangan kera sudah tidak bisa ditebak lagi. Binatang itu dalam melancarkan aksinya tidak mengenal waktu,” timpal Mardiyanto. Meskipun sang pemilik lahan menunggui seharian penuh namun, kera masih bisa mencari celah sehingga memakan tanaman itu. Pihaknya berharap instansi terkait segera turun tangan agar para petani tidak terus merugi.

JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya