SOLOPOS.COM - PEMUSNAHAN -- Para petugas yang berpakaian pelindung khusus mengangkat sapi milik Harjo Sukarto yang mati mendadak, Jumat (27/5), untuk dimusnahkan sebagai antisipasi penularan bakteri antraks. (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu) pagi.

Sragen (Solopos.com) – Seekor sapi mati mendadak di Dukuh Saradan, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Jumat (27/5). Ini adalah kasus kematian sapi keempat di Sragen dalam waktu sebulan ini dan dalam kasus terakhir ini dugaan bahwa penyebabnya antraks masih sangat kuat.

PEMUSNAHAN -- Para petugas yang berpakaian pelindung khusus mengangkat sapi milik Harjo Sukarto yang mati mendadak, Jumat (27/5), untuk dimusnahkan sebagai antisipasi penularan bakteri antraks. (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kematian sapi milik Harjo Sukarto, 76, warga Saradan terjadi sekitar pukul 05.30 WIB. Kematian sapi jenis metal itu diketahui kali pertama Sudarni, 40, anak Harjo Sukarto ketika hendak memberi pakan kambing. “Saat itu, ketika membuka pintu kandang saya kaget melihat sapi itu sudah terbaring di tanah. Dari lubang anusnya keluar darah segar. Saya langsung mencari bapak untuk memberitahukan kematian sapi itu. Beberapa warga juga datang melihat. Untuk menyelamatkan dagingnya karena dianggap belum mati, Pak Samidi langsung menyembelihnya,” kisah
Sudarni saat dijumpai Espos di rumahnya.

Sebelumnya, kondisi sapi ini, kata Sudarni, sehat-sehat saja. Dia sempat memeriksakan sapi milik orangtuanya yang sedang bunting itu ke Narto, mantri hewan Kecamatan Sidoharjo yang tinggal di Saradan, “Setelah ada kabar sapi yang mati, Pak Narto langsung mengecek sapi kami. Dia langsung melapor ke Disnakkan dengan dugaan terkena antraks. Begitu mendengar itu, semua warga saya suruh keluar dari kandang karena takut terkena bakteri antraks,” imbuhnya.

Petugas Kesehatan Hewan Disnakkan yang dipimpin Kepala Disnakkan Eka Rini langsung melakukan penanganan dengan standar operasional prosedur (SOP) penyakit antraks. Sejumlah petugas mengambil sampel darah dan kotoran sapi untuk dikirim ke Balai Besar Veteriner Jogja. Langkah selanjutnya, petugas memusnahkan bangkai sapi yang sudah disembelih itu dengan dibakar dan dikubur dengan kedalaman 2-3 meter.

“Selama bulan ini saja, kami menangani 4 kasus dugaan antraks. Para warga yang kontak langsung dengan sapi juga langsung diberi antibiotik dan vitamin B1 untuk kekebalan tubuh. Penanganannya sama dengan penanganan kematian sapi di Desa Brojol dan Duyung di Kecamatan Miri serta di Desa Sambiduwur di Kecamatan Tanon,” papar Kepala Disnakkan Sragen, Eka Rini.

Eka Rini berencana akan memberi suntikan antibiotik ke semua sapi dan kambing di Sragen. Namun dia mengeluhkan keterbatasan anggaran yang ada. Menurut dia, kasus kematian di Saradan ini merupakan kasus kali pertama di wilayah Sragen bagian selatan Bengawan Solo. Kasus yang lain, terangnya, berada di wilayah utara Bengawan Solo.

Petugas Kesehatan Hewan Disnakkan Sragen, drh Agus Toto, juga langsung melakukan penyuluhan di wilayah Saradan tentang bahaya antraks pada Jumat malam. Dia menyatakan akan melakukan penyuntikan massal ternak di Saradan mulai Sabtu (28/5) ini.

trh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya