SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Masih ada kisah dari Nabire, sebuah kota di pesisir utara tengkuk kepala burung daratan Papua, tentang anak-anak yang antusias mau menulis. Meski didera listrik mati seperti sore-sore sebelumnya, berbekal lampu darurat sekedar menyaput kegelapan, ada pertanyaan yang menarik dari Paul, “Pak guru, saya sudah mencoba menulis, tetapi sering tersendat atau berhenti, bagaimana usaha mengatasi itu?”. Paul yang tinggal di asrama nun jauh dari pedalaman tempat asalnya, yang harus ditempuh tujuh hari berjalan kaki, antusias mengungkapkan pengalaman sekaligus minta peneguhan.

Paul, menulis tersendat itu terjadi karena bahan di kepala kita habis. Bisa juga pikiran tidak mampu mengaitkan masalah yang kita bahas dengan lentur. Kiranya tidak berlebihan jika Romo Baker menyebut menulis sebagai tindakan membongkar tabungan yang berupa bacaan di kepala. Entah kepala kita ditumbuhi rambut kriting seperti rambut Paul, atau lurus seperti rambut teman sebelahmu yang bukan asli Papua, harus diisi dengan bekal bacaan. Sedangkan pakar yang lain menyebut menulis sebagai saudara kembar membaca. Intinya, membaca adalah syarat  penting untuk bekal menulis.

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

Dengan antusias harus saya sampaikan kepada Paul dan kawan-kawannya di ruang remang-remang itu bahwa sekolah yang menjadi bagian asramanya telah memiliki perpustakaan dengan buku-buku mutakhir. “Paul, sempatkan setiap sore singgah di perpustakaan untuk membaca, kalau perlu meminjam buku untuk dibaca. Lebih baik buku-buku itu kumal atau rusak karena dibaca, daripada kotor berdebu karena tidak pernah dimanfaatkan”. Tentu saja, wajah hitam legam itu tampak sumringah mendengar provokasi yang penuh semangat.

Pengalaman bersama Paul berbeda dengan pengalaman bersama sejumlah guru di Kulonprogo. Salah seorang guru bertanya, “Pak, bagaimana mengatasi kemacetan ketika  menulis? Tapi jangan disarankan agar saya membaca, lho!” Artinya, bapak guru yang seprofesi dengan saya itu tahu, bahwa membaca adalah cara utama menemukan ide dan menimba berbagai inspirasi penting. Untuk Paul dan anak-anak sebayanya di Nabire ketika memulai membaca akan menghadapi hambatan yang tidak mampu mereka atasi. Hambatan membaca pada malam hari adalah listrik mati!

Listrik mati
Betapa saya mengalami situasi yang dihadapi Paul selama sepekan di sana. Hampir saban sore hingga tengah malam, banyak wilayah mengalami listrik mati dengan alasan giliran. Namun, ironisnya rumah bupati terang benderang bermandikan lampu, sementara persis di seberang jalan gelap gulita. Rumah-rumah penduduk, asrama pelajar atau mahasiswa yang seharusnya memperoleh pasokan listrik untuk membaca dan belajar malam hari justru sering terkena giliran pemadaman. Mereka yang sedikit di pedalaman tentu situasinya lebih berat. Pagi-pagi anak-anak berjalan kaki menuju sekolah, dengan jalan kaki pula pada sore hari baru tiba di rumah, sementara pada malam hari mau membaca atau belajar apa daya gelap gulita. Lengkap sudah ketertinggalan pendidikan mereka.

Anak-anak kita membutuhkan listrik cukup untuk membaca dan belajar. Kalau tidak hati-hati kita pun mengalami hambatan karena cara berpikir yang perlu dikoreksi.  Lazim perusahaan listrik negara (PLN) mengampanyekan hemat listrik, setiap rumah mengurangi lampu sejak sore hingga tengah malam. Namun, ironisnya PLN tidak mengendalikan pasokan listrik di jalanan untuk lampu-lampu iklan, yang tentu saja menelan daya berlebihan. Rumah-rumah yang mestinya leluasa terang benderang untuk memberikan kesempatan anak-anak nyaman membaca malahan dibatasi. Dalih giliran karena kelebihan beban pada sore hingga malam mestinya tidak ditimpakan ke rumah-rumah pada saat anak-anak belajar. Pangkas lampu-lampu iklan di jalanan yang justru tidak ada kaiatannya dengan pencerdasan anak-anak kita.

Akhirnya, membaca tidak menjadi kebiasaan baik, apalagi dilakukan pada malam hari, karena kekurangan cahaya mudah mengantuk. Saatnya untuk mencukupkan penerangan di rumah demi menumbuhkan antusiasme belajar anak-anak kita. Paul dan kawan-kawan sebayanya di Nabire masih harus berjuang untuk memperpanjang waktu membaca dan belajar, sambil berharap tidak mengalami pemadaman listrik pada jam belajar!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya