SOLOPOS.COM - Ilustrasi Labihan Sesaji Sarangan (jawatimuran.wordpress.com)

Labuh sesaji Sarangan yang digelar tiap bulan ruwah menjelang Ramadan diyakini memiliki legenda tentang hilangnya putri raja Keraton Solo.

Madiunpos.com, MAGETAN – Menjelang bulan Suci Ramadan, Telaga Sarangan, Magetan selalu diramaikan dengan acara tradisi yang menyedot ribuan warga. Acara itu tak hanya memiliki dimensi religius dan sosial, namun juga berdampak luas bagi perekonomian warga sekitar.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Penelusuran Madiun Pos dari sejumlah literasi, Telaga Sarangan diduga sudah ada sejak tahun 508 Masehi. Asal mula diadakannya Larung Sesaji merupakan pengaruh dari Kraton Surakarta

Hadiningrat. Dahulu putri Kraton Surakarta Hadiningrat yang bernama Kusumaning Ayu Werdi Ningsih hilang di Telaga Sarangan, baik jasmani maupun rohaninya. Semenjak kejadian itu, Raja Surakarta Hadiningrat memerintahkan warga Desa Sarangan setiap bulan Ruwah untuk melakukan Larung Sesaji. Gunanya ialah untuk mendoakan putri Kraton Surakarta Hadiningrat yang bernama Kusumaning Ayu Werdi Ningsih agar arwahnya tenang dan diampuni segala dosanya.

Selain itu, upacara tradisi larung sesaji merupakan suatu wujud terima kasih kepada Tuhan atas limpahan rejeki, sekaligus kirim doa untuk menghormati Kyai dan Nyai Pasir yang telah membuka lahan yang sekarang menjadi tempat hidup dan mencari rejeki bagi warga Sarangan.

Kemudian upacara larung sesaji ini secara turun temurun dilakukan dari dahulu sampai sekarang.

KLIK dan LIKE di sini untuk update informasi Madiun Raya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya