Solopos.com, SLEMAN – Kegiatan susur sungai berujung maut yang dilakukan 256 siswa SMPN 1 Turi, Sleman, DIY, Jumat (21/2/2020), menuai beragam komentar. Termasuk dari Kepala Pusat Indormasi Nasional Gerakan Pramuka, Guritno.
Guritno menegaskan, kegiatan susur sungai semestinya dilakukan peserta pramuka tingkat penegak. Bukan penggalang seperti para siswa di SMPN 1 Turi, Sleman.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
PLTSa Putri Cempo Solo Bisa Produksi Listrik Maret 2021
Pernyataan tersebut disampauikan Guritno menanggapi kecelakaan akibat kegiatan susur Sungai Sempor yang dilakukan peserta pramuka SMPN 1 Turi.
“[Seharusnya untuk levek] penegak. Seharusnya tidak [untuk penggalang],” terang Guritno seperti dikabarkan Okezone, Sabtu (22/2/2020).
Kegiatan susur sungai yang dilakukan peserta pramuka level penggalang harus didampingi dengan ketat dan memperhatikan kondisi cuaca.
Heboh Oreo Supreme, Ditawar Hingga Rp219 Juta
“Kecuali dipastikan aman, dalam pengawasan ketat orang dewasa, dan memperhatikan cuaca. Pembina harus paham soal cuaca,” sambung Guritno.
Diberitakan Solopos.com sebelumnya, kegiatan susur Sungai Sempor itu dilakukan siswa kelas VII dan VIII SMPN 1 Turi yang menjadi peserta pramuka. Mereka yang didampingi enam kakak pembina hanya dibekali tongkat pramuka.
Kegiatan susur sungai di kawasan wisata Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY, itu dilakukan Jumat siang. Nahas, kegiatan itu dilakukan saat hujan yang akhirnya menyebabkan sembilan orang meninggal, satu hilang, dan 23 lainnya terluka.