SOLOPOS.COM - Susana kegiatan Kelas Komputer Berbayar Sampah yang diadakan oleh Yayasan Tunas Cahaya Muda Mandiri (TCMM) dan Rumah Baca Sang Petualang di Yayasan TCMM, Wonogiri, Jumat (21/2/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI - Puluhan anak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) mendatangi Yayasan Tunas Cahaya Muda Mandiri (TCMM) di Jalan Solo-Pacitan, Dusun Jatirogo, Desa Balepanjang, Kecamtan Baturetno, Wonogiri, Jumat (21/2/2020).

Mereka akan mengikuti kursus komputer yang diadakan oleh yayasan tersebut bersama Rumah Baca Sang Petualang. Menariknya, anak-anak tersebut cuma membayar jasa kursus dengan sampah. Sampah itu bisa berupa kardus, botol bekas, bungkus minuman sachet, plastik dan lain-lain.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sopir Ngantuk, Truk Terguling ke Sawah Baturetno Wonogiri

Sebanyak delapan perangkat (laptop dan komputer) digunakan dalam kegiatan ini. Materi yang diajarkan yakni Micosoft Office Word dan Microsoft Excel. Kegiatan tersebut dimulai sejak akhir Desember 2019 dan hanya diadakan setiap Jumat. Pada Jumat (21/2/2020) merupakan pertemuan ke delapan. Les privat komputer dimulai sejak pukul 13.30-16.00 WIB.

Salah satu peserta yang mengikuti kursus komputer adalah Kartika Larasati, siswi SMP Negeri II Baturetno. Dari rumah, ia membawa botol bekas. Ia mengaku sudah kali keempat mengikuti privat di yayasan tersebut.

Pipa PDAM Di Purwosari Digeser Lagi, Pasokan Air Wilayah Barat Solo Terganggu

“Senang bisa belajar komputer bersama teman-teman. Ke depan saya akan ikut les terus. Karena ada materi di sini yang belum disampaikan di sekolah,” kata dia kepada Solopos.com, Jumat.

Ide konsep kegiatan Kelas Komputer Berbayar Sampah dicetuskan oleh Ketua Rumah Baca Sang Petualang, Wahyudi dan Ketua Yayasan (TCMM), Yuhdi Bahtiar Satoto. Ide dasarnya yakni membuat kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, tetapi tidak memberatkan atau membebankan biaya.

Dipilih kelas komputer lantaran perkembangan informasi teknologi saat ini sangat dibutuhkan masyarakat. “Terkadang masyarakat berfikir kalau ikut les privat harus memikirkan biaya. Akhirnya kami putuskan biaya tersebut diganti dengan membawa sampah dari rumah untuk dikumpulkan,” kata Wahyudi.

Tiket KA Lebaran dari Madiun Mulai Ramai Diserbu

Sampah yang dikumpulkan tersebut tidak dijual. Tetapi untuk bahan pertemuan atau pelatihan kepada anak-anak dan warga sekitar tentang pengelolaan sampah. Sampah yang dikumpulkan bisa dibuat ekobrik, bungkus minuman sachet dibikin tas dan lain-lain.

“Kalau mengumpulkan hasil sampah dari anak-anak untuk dijual, harganya tidak laku Rp10.000. Jadi prinsip kami lebih ke edukasi bukan mencari keuntungan. Kami ingin memberi tahu kepada masyarakat bahwa sampah itu bisa dimanfaatkan atau diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ujar Wahyudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya