SOLOPOS.COM - Ilustrasi pergerakan kurs rupiah (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat setelah sempat menyentuh nilai terendah kemarin.

Solopos.com, JAKARTA — Bloomberg Dollar Index mengemukakan kurs rupiah ditutup menguat 44 poin atau 0,32% ke level Rp13.775/dolar AS pada Kamis (19/11/2015). Apresiasi terhadap rupiah seiring dengan menguatnya seluruh mata uang di Asia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kurs rupiah bergerak pada level terkuat Rp13.726/dolar AS dan terlemah Rp13.799/dolar AS. Adapun saat dibuka hari ini, rupiah menguat 46 poin atau 0,33% ke Rp13.773/dolar AS.

Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi tekanan catatan Fed Oktober yang akan menaikkan suku bunga pada Desember atas laju rupiah terhadap dolar AS bisa tertahan data ekonomi AS yang buruk.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan pasar uang juga menunggu paket kebijakan ekonomi VII, yang diperkirakan kebijakannya menyasar penyesuaian pajak penghasilan.

“Notulensi FOMC meeting tegaskan kenaikan [suku bunga The Fed] Desember, [tapi] data AS buruk,” kata Rangga dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (19/11/2015).

Notulensi FOMC meeting yang dirilis dini hari tadi menegaskan rencana the Fed untuk menaikkan the Fed Rate pada rapat pertemuan pejabat bank sentral AS pada 15-16 Desember 2015. Dalam notulensi, terlihat mayoritas anggota the Fed menilai situasi perekonomian sudah siap atas kenaikan Fed Rate, walaupun sebagian pejabat bank sentral AS menilai kenaikan tersebut harus bertahap.

“Menyusul berita tersebut indeks dolar dan imbal hasil US Treasury hanya naik tipis, akibat data pembangunan rumah baru AS yang diumumkan sebelumnya jatuh dalam 11%. Malam nanti ditunggu initial jobless claims AS yang diperkirakan turun,” kata Rangga.

Dikemukakan sentimen kenaikan Fed Rate meningkat di pasar global sehingga masih menekan mayoritas kurs di Asia hingga Rabu. Rupiah melanjutkan pelemahannya hingga Rp13.800/dolar AS kemarin, sejalan dengan IHSG yang melemah tipis.

Rilis notulensi FOMC meeting Kamis dini hari diperkirakan mempertahankan penguatan dolar AS di pasar keuangan negara berkembang. Walaupun, ujarnya, ada data AS yang diumumkan memburuk berpeluang mengurangi kekuatan tekanannya.

“Dengan kemungkinan kenaikan Fed Rate, potensi pelemahan rupiah hingga menjelang FOMC meeting di akhir tahun terbuka lebar. Walaupun ada peluang rupiah lebih kuat menahan gejolak eksternal melihat pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang sudah membaik,” kata Rangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya