SOLOPOS.COM - Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (JIBI/Solopos/Dok.)

Kurs rupiah melemah 0,14% ke Rp13.820/US$.

Solopos.com, JAKARTA – Bloomberg Dollar Index mengemukakan pada Selasa (18/8/2015) rupiah ditutup menguat 0,16%  atau 22 poin ke Rp13.800/US$.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Rupiah pada perdagangan kemarin meguat di menit terakhir pada Selasa (19/8/2015), setelah seharian tertekan oleh sentimen The Fed dan data ekspor Indonesia.

Rupiah dan baht Thailand melemah, saat mata uang lainnya di Asia Tenggara melemah.

Dolar Singapura menguat 0,09%, peso Filipina (+0,11%), ringgit Malaysia (+0,11%).

Thailand melemah 0,02%, dan rupiah melemah 0,14% ke Rp13.820/US$.

Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi tekanan masih membayangi nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Rabu (19/8/2015).

“Sentimen pelemahan rupiah berpeluang bertahan hari ini,“ kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Rabu (19/8/2015).

Dikemukakan menjelang rilis notulensi FOMC meeting, dolar menguat tipis. Menyusul membaiknya angka penjualan rumah.

Rangga mengatakan dolar juga masih terlihat menguat di pembukaan pasar Asia kemarin pagi, bersamaan dengan pelemahan bursa saham.

“Rilis notulensi FOMC meeting berpeluang membangkitkan harapan kenaikan suku bunga the Fed, walaupun hal itu tidak berarti harapan bisa bertahan lama. Khususnya jika kembali gagal dikonfirmasi oleh perbaikan data ekonomi AS,” kata Rangga.

Rangga mengatakan malam ini ditunggu angka inflasi AS yang diperkirakan naik tipis.

Sementara itu neraca perdagangan Juli diumumkan naik drastis surplusnya, setelah impor turun cukup signifikan. Bahkan melebihi penurunan ekspor yang juga relatif dalam.

“Hal itu justru memberikan sentimen negatif ke pasar, karena surplus justru menandakan perlambatan ekonomi yang berlanjut setelah kinerja buruk di semester I/2015,” kata Rangga.

Pada Juli, tambahnya, penjualan otomotif juga turun drastis.

Di tengah pelemahan rupiah, BI Rate dipertahankan di level 7,50%.

“Walaupun likuiditas di perbankan terlihat banyak kami melihat itu masih jauh dari cukup menstimuli perekonomian. Tetapi pemangkasan BI Rate juga sulit terjadi dalam waktu dekat melihat tekanan berlebih pada rupiah,” kata Rangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya