SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (wikipedia.org)

Kurs rupiah yang masih lemah mempengaruhi penjual gudeg.

Harianjogja.com, JOGJA-Penjual gudeg di DIY terdampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Kendati demikian, para penjual memilih untuk mengurangi keuntungan 2% ketimbang menaikkan harga jual atau mengurangi porsi menu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Ketua Paguyuban Penjual Gudeg DIY Mursa Sudarsono, kebijakan tersebut diambil supaya pelanggan tidak lari, terlebih gudeg menjadi ikon kuliner di Jogja. “Wisatawan pasti membeli gudeg untuk oleh-oleh, kalau porsinya dikurangi atau harganya mahal justru merusak citra kota wisata dan yang rugi juga pedagang,” ujarnya seusai jumpa pers Festival Taman Sari di Dinas Pariwisata (Dispar) DIY, Jumat (16/10/2015).

Pemilik Gudeg Yu Djum ini menyebutkan dalam sehari rata-rata meraih omzet sekitar Rp10 juta per counter. Saat ini usahanya tersebut memiliki 10 counter di DIY. Sementara, untuk penjual gudeg yang lain omzet bervariasi tergantung dari besar kecilnya usaha. Namun, ia memperkirakan berkisar jutaan rupiah.

Diungkapkannya, jika dibandingkan dengan kondisi krisis moneter 1998 atau bencana alam, penjualan gudeg saat ini relatif stabil dan cenderung tidak menimbulkan gejolak.

Justru, kata Mursa, anggota paguyuban yang berjumlah 40 orang menginginkan pemerintah daerah memiliki lahan khusus untuk menanam gori. Pasalnya, sebagai kota yang identik dengan gudeg, bahan baku gori berasal dari luar Jogja, seperti Sumatera dan Purworejo.

Sementara, dalam Festival Taman Sari yang digelar di Taman Sari, Sabtu (17/10) akan dijual murah 2.500 bungkus nasi gudeg telur. Tiap bungkus dibanderol Rp3.000 dan bisa dibeli mulai pukul 15.00 WIB.

“Kegiatan ini untuk mempromosikan Taman Sari sebagai tempat wisata sekaligus menegaskan gudeg sebagai ikon masakan Jogja,” kata Kepala Dispar DIY Aris Riyanta.

Selain itu, tuturnya, juga untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke Jogja. Diuraikannya, total wisatawan pada 2014 mencapai 3,1 juta orang dan ditargetkan pada tahun ini menjadi 3,4 juta orang.

Kendati demikian, Aris belum dapat menyebutkan jumlah wisatawan sampai Oktober ini karena evaluasi kunjungan baru dilakukan pada akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya