SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia Ilustrasi

Kurs rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS menyebabkan harga buah impor melejit

Harianjogja.com, BANTUL-Tak hanya dirasakan para pengrajin, dampak melemahnya kurs rupiah di pasar dunia juga dirasakan oleh para pedagang buah di Bantul. Harga sejumlah komoditas buah impor naik tajam. Akibat melemahnya kurs rupiah itu, para pedagang buah pun mengalami penurunan cukup drastis.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Jaelani, pedagang buah di kawasan Proliman, Bantul mengakui, dibanding tahun lalu, keuntungannya berjualan buah pun menurun hingga 20%. Padahal selama ini, lebih dari 50% keuntungan itu diperolehnya dari hasil penjualan buah impor.

Menurunnya jumlah penjualan buah impor itu, menurutnya disebabkan oleh melonjaknya harga dari komoditas yang banyak didatangkan sari China dan Amerika itu. Sebut saja misalnya anggur merah asal Amerika dan dan apel Fuji asal Jepang.

Sebelum naik, harga komoditas anggur merah hanya sekitar Rp50.000 per kilogram. Kini, dengan melemahnya kurs rupiah, harganya melonjak jadi Rp65.000. Apel Fuji jenis WW, yang sebelumnya hanya Rp37.000 naik jadi Rp49.000.

Selain itu, komoditas kelengkeng asal Thailand yang selama ini permintaannya cukup tinggi, mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan. Jika biasanya komoditas kelengkeng itu hanya seharga Rp18.000 per kilogram, kini melonjak hingga Rp25.000. “Semakin mahal, karena stoknya juga sedikit karena pembatasan impor,” ujarnya saat ditemui di tokonya, Selasa (26/8/2015) siang.

Dengan kenaikan harga itu, tak heran permintaan masyarakat terhadap buah impor pun mengalami penurunan. Kebanyakan konsumen kenyataannya lebih memilih beralih ke buah-buahan lokal ketimbang tetap membeli buah impor tersebut.

Hal itu diakui juga oleh Sutinah, pedagang buah di kawasan Imogiri Timur. Diakuinya, sebelum mengalami kenaikan harga, dalam sehari ia bisa menghabiskan setidaknya sampai 50 kg untuk beberapa komoditas tertentu.

Menurutnya, sudah 3-4 bulan terakhir, pembeli memang lebih cenderung membeli buah-buahan lokal ketimbang impor. Tentu saja, alasan utamanya adalah terkait dengan harga. “Lah mereka itu awalnya tanya buah impor, tapi setelah tahu harganya, malah beli yang lokal saja,” katanya.

Meningkatnya permintaan itulah yang membuat harga beberapa komoditas buah-buahan lokal ikut melambung. Dicontohkannya, apel Malang yang harganya Rp23.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp25.000 per kilogram. Begitu juga dengan pisang mas yang semula Rp11.000 melonjak menjadi Rp15.000.

Iulah sebabnya, ia berharap pemeritah bisa segera menangani lonjakan harga buah ini. Pasalnya, jika tidak, ia khawatir permintaan terhadap buah lama kelamaan akan menurun. “Salah satunya yang paling merugikan kami adalah pembatasan impor itu,” ucapnya.

Sementara Yulianti, salah satu pembeli, ketika ditanya mengaku terkejut dengan kenaikan harga buah impor itu. Pasalnya sejak 5 bulan terakhir, dirinya memang sudah jarang membeli buah-buahan di pasar tradisional. “La ini tadi saya beli, harganya sudah berubah. Melonjak drastis,” gerutunya.

Hal itulah yang menyebabkan ia lantas lebih memilih untuk membeli buah-buahan lokal saja. Pasalnya selain harga yang relatif  lebih murah, stok barangnya pun melimpah. “Daripada beli buah impor yang mahal, ya sudah lah, saya beli yang lokal saja. Toh sama-sama bervitaminnya kok,” cetusnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya