SOLOPOS.COM - Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta. (Antara Foto)

Solopos.com, JAKARTA–Perdagangan rupiah pada akhir pekan, Jumat (24/6/2022) dibuka menguat.

Kurs rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat tipis setelah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga di level 3,5%.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka menguat 1,5 poin atau 0,01% ke Rp14.839 setelah sempat turun 3,5 poin ke posisi Rp14.844 per dolar AS.

Sementara indeks dolar AS pada pukul 09.00 WIB terpantau melemah 0,09% ke level 104,33.

Mata uang lain di kawasan Asia dibuka bervariasi pada perdagangan hari ini. Salah satu mata uang yang menguat di antaranya adalah yen Jepang yang naik 0,13%, won Korea Selatan naik 0,14%, yuan China menguat 0,01%.

Baca Juga: Kurs Rupiah di BRI, BNI, Mandiri, dan BCA Rabu 22 Juni 2022

Sementara baht Thailand melemah 0,12%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya menyebutkan penguatan indeks dolar AS terhadap mata uang lain disebabkan oleh aksi investor yang menunggu isyarat kebijakan moneter dari AS dalam kesaksian Ketua The Fed kepada Kongres AS.

Dia mengatakan kebijakan moneter agresif dari The Fed telah memicu kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ini menjadi tanda-tanda perekonomian AS sedang menuju resesi.

Dari dalam negeri Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%.

Sejalan dengan keputusan ini, Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Baca Juga: Kurs Rupiah Diprediksi Tertekan Awal Pekan, Ini Penyebabnya

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam mengatakan keputusan ini sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, serta tetap mendukung pertumbuhan ekonomi, di tengah naiknya tekanan eksternal terkait dengan meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara.

Meski demikian, Perry juga menegaskan masuknya aliran net inflow US$1,5 miliar turut menjadi pertimbangan.

BI memperkirakan pada akhir tahun neraca pembayaran juga masih terjaga dengan defisit 0,5% sampai 1,3% dari PDB.

Neraca pembayaran sendiri ditopang harga komoditas yang tinggi.

Sementara, Strategist Standard Chartered Steve Englander menyatakan kepada Bloomberg, dolar AS masih memiliki potensi untuk reli sebesar 5%.

Kenaikan dipicu ketakutan masyarakat akan inflasi dan respon The Fed terhadap kemungkinan resesi.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah di Level Rp14.836 Per Dolar AS, Ini Penyebabnya

“Dolar dapat mengalami kenaikan didasarkan pada asumsi bahwa kondisi keuangan akan semakin ketat,” ujar Englander.

Lebih lanjut, dolar AS juga bisa turun sampai 5% atau lebih untuk sementara waktu, tergantung oleh posisi pasar ke depan.

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Rupiah Dibuka Naik Tipis, Efek Pengumuman BI Memudar?

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya