SOLOPOS.COM - Ilustrasi Benih Kedelai (Dok/JIBI/Solopos)

Kurs rupiah yang melemah tak terasa di daerah.

Harianjogja.com, JOGJA—Menguatnya dolar turut mempengaruhi Indonesia. Namun, dampak penguatan dolar tidak begitu terasa di DIY.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) DIY Indah Rahayu mengungkapkan, kondisi ekspor di DIY mengalami penurunan antara 10% hingga 20%. Hal itu disebabkan melemahnya kondisi perekonomian global yang terjadi 2015.

“Selain permintaan dari Amerika Serikat, juga dari Eropa. Eropa juga terdampak perlambatan ekonomi,” ujar dia kepada Harianjogja.com di Hotel Santika Premiere Jogja, Jogja, Senin (24/8/2015).

Menurutnya, meskipun mengalami penurunan, namun orderan selalu masuk. Dari anggota DPD Amkri DIY, setiap bulan bisa mengirim mebel dan kerajinan satu hingga empat peti kemas. Menurutnya, menguatnya dolar tidak terlalu berpengaruh signifikan terutama bagi perusahaan yang menggunakan 80% bahan dalam negeri.

“Kecuali bahan produksinya dominan impor. Pasti terpengaruh. Kalau DIY masih aman,” ujar dia.

Peluang
Namun, di sisi lain, melemahnya rupiah dinilai sebagai momen yang tepat bagi perusahaan mebel untuk mendapatkan penghasilan lebih. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Abdul Sobur mengatakan, saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk perajin mebel memperbanyak produksinya. Sayangnya, nilai produksi mebel baru sebesar US$2 miliar.

“Saat ini perbanyaklah produksi untuk memanfaatkan pasar ekspor yang menguat,” ungkap dia

Ia melihat, potensi di DIY untuk mebel masih sangat besar karena baru tergarap 5% jika dilihat dari sumbangan untuk nilai ekspor nasional. Nilai ekspor mebel asal DIY sekitar US$30 juta hingga US$35 juta. Produksi kerajinan masih lebih mendominasi di DIY dibandingkan mebel. Untuk kerajinan sumbangannya kepada nasional sekitar 25% atau senilai US$150 juta hingga US$300 juta.

“Sayangnya, Jogja harganya murah, value added-nya masih perlu ditingkatkan. Persaingan ketat karena Jogja memiliki orang-orang dengan ketrampilan tinggi dan biayanya murah,” ujar dia.

Kedelai Stabil
Menguatnya dolar, erat kaitannya dengan harga barang-barang impor yang biasanya ikut terkerek naik. Namun, efek tersebut belum nampak khususnya untuk kedelai impor. Lurah Pasar Beringharjo Timur Sumarno mengungkapkan, harga kedelai impor belum menunjukkan perubahan. “Harganya masih Rp9.000 per kg. Masih stabil dan belum terdampak dolar naik,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya