SOLOPOS.COM - Usaha produksi tempe (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah menjadi Rp12.000 mengancam kelangsungan usaha tempe. Ketua Badan Kerja Sama (BKS) Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Soloraya, Sudiro, mengatakan saat ini pengrajin tempe kembali mengalami masa sulit.

“Saat ini pengrajin tempe mulai mengurangi produksi, misalnya dulu dalam sehari produksinya satu kwintal, sekarang hanya 60 kilogram,” kata Sudiro kepada wartawan, Jumat (29/11/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia pun mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan subsidi untuk menstabilkan harga kedelai melalui Badan Urusan Logistik (Bulog). Dia juga mengeluhkan aksi pemerintah yang lamban dalam perealisasian kebijakan tersebut.

“Dari kemarin [subsidi harga kedelai] hanya wacana. Padahal sudah sering melakukan rapat dan pertemuan hingga Semarang tapi sampai sekarang hasilnya masih nihil,” keluhnya.

Oleh karena itu, dia berharap pemerintah tidak hanya sekedar memberi harapan tanpa ada perealisasian. Dia menuturkan terakhir, harga kedelai sekitar Rp9.000 per kilogram. Dengan adanya kenaikan dolar ini diperkirakan harga kedelai bisa mendapai Rp10.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya