SOLOPOS.COM - Ilustrasi (halloriau.com/JIBI)

Ilustrasi (halloriau.com/JIBI)

JOGJA—Dewan pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memandang kurikulum 2013 harus didasarkan pada hasil evaluasi dan redesain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang sedang di uji coba. Kapasitas dan kompetensi guru yang sekarang berfungsi,  baik itu guru negeri dan guru swasta harus diperhitungkan.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Ketua Dewan Pendidikan DIY Wuryadi mengatakan implementasi kurikulum 2013 perlu memperhitungkan kapasitas dan kompetensi guru yang ada, yang akan disediakan melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan, termasuk guru inti (master teachers) sebagaimana yang dijanjikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.

“Fungsi dan peran guru harus diberdayakan untuk ikut merumuskan dan merencanakan pengembangan dan redesain kurikulum 2013, sehingga guru tidak hanya dijadikan sebagai obyek tetapi lebih dijadikan subyek dalam merencanakan kurikulum,” kata Wuryadi dalam keterangan tertulis, Rabu (19/12/2012).

Dalam kurikulum 2013, rencana pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS jenjang sekolah dasar ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dipandang tidak tepat. Karena rumpun bidang ilmunya sangat berbeda dan dengan demikian cara dan paradigma pemikirannya berbeda.

Lebih tepat jika pengintegrasian tersebut ke dalam bidang ilmu yang serumpun, sehingga mata pelajaran IPA diintegrasikan ke dalam Matematika sedangkan IPS dintegrasikan ke dalam PPKn.

Selain itu orientasi pada keberagaman siswa sesuai dengan wilayah dan satuan pendidikan perlu menjadi pertimbangan. Mengingat implementasi KTSP juga masih belum efektif memperhitungkan faktor keberagaman ini. Terutama bagi Jogja yang memiliki keistimewaan pendidikan hendaknya porsi kurikulum lokal lebih banyak dibandingkan nasional 60 : 40.

Wakil Ketua I Dewan Pendidikan DIY Hari Dendi mengatakan Jogja punya pilar keistimewaan yakni Taman Siswa dengan basis pendidikan dari Kraton Ngayogyakarta. Perlu adanya pengembangan muatan lokal berbasis Sumber Daya Alam (SDA) di sekitarnya.

“Misalnya pendidikan sumber daya alam di Rongkop Gunungkidul berbasis laut dibedakan dengan yang di pegunungan muatan lokal seperti itu yang harus dimunculkan,” urai Hari.

Atas dasar muatan lokal seharusnya Jogja melahirkan ahli Gunung Api karena ada Merapi, ahli Karst di mana Gunungkidul punya ladang karst luas maupun ahli Gumuk Pasir di Bantul. Sehingga sumber daya manusia benar benar tekun mempelajari fungsi dan manfaatnya.

“Karst untuk apa bagaimana caranya, Gunung Api bagaimana cara kelola, kemudian ada Gumuk pasir yang satu satunya di dunia untuk apa, seperti itu,” ujar pengasuh komunitas budaya Yogya Semesta tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya