SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan tdak ada satu orang pun yang secara tegas menyatakan menolak kurikulum 2013 selama uji publik dilaksanakan melalui saluran daring (online).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Secara keseluruhan dari kurikulumnya sendiri tidak ada penolakan secara tegas dari landasan pemikiran, struktur kurikulum, penambahan jam pelajaran, standar penilaian, dan implementasi. Sampai dengan tanggal 5 Desember sekitar 5.118 orang mengakses uji publik kurikulum 2013 di portal Kemdikbud dan sebanyak 765 orang yang memberikan komentar,” kata Mohammad Nuh dalam jumpa pers dengan wartawan di Jakarta, Kamis.

Namun, kata dia, kesiapan implementasi kurikulum 2013 yang seringkali dipertanyakan oleh masyarakat. “Terkait dengan persiapan ada tiga hal yang kita lakukan yaitu buku, guru dan tata kelola administrasi,” ucapnya.

Pertama, yang paling mendasar yaitu buku. Buku pegangan guru dan murid dipersiapkan secara matang oleh tim khusus dari segi materi secara keseluruhan. “Karena kalau kita melakukan pelatihan dan guru belum mendapatkan buku pegangan proses itu akan menjadi masalah, sehingga buku pegangan guru dan murid dipersiapkan dengan matang,” ujar mantan Rektor ITS Surabaya tersebut.

Ia juga mengantisipasi apabila nantinya ada perubahan dalam buku pegangan tersebut. “Kita sangat paham yang berubah mana saja, misalnya Matematika yang itu sudah diperkirakan dari masukan diskusi. Tapi yang paling banyak perubahan mungkin metodologinya, sehingga diperbaiki serta Standar Kompetensi Lulusan (SKL),” tuturnya.

Setelah SKL sudah tersusun dengan baik, kata dia, maka standar isi dan model dipersiapkan dengan melibatkan guru maupun ahli untuk merumuskannya.

Persiapan kedua, yaitu guru akan diberikan pelatihan komprehensif yang ada di seluruh Indonesia untuk mengenal kurikulum 2013, agar implementasi di lapangan kepada anak didiknya dapat berjalan dengan lancar. “Kita berkewajiban mencari guru yang mana yang harus didahulukan. Pelatihan akan dilakukan secara bertahap dari sisi jenjang pendidikannya atau kelasnya dan bertahap dari sisi kewilayahannya atau sekolahnya,” paparnya.

Oleh karena itu, tidak semua guru yang jumlahnya sekitar 2,9 juta diberikan pelatihan, misalnya saja guru SD sekitar 1,6 juta. Kalau dihitung hanya kelas 1 dan 4 maka hanya 500 ribu tanpa guru agama. Jadi jumlahnya sekitar 300 ribu. “Kita bentuk master dari guru-guru teladan, setelah selesai langsung terjun ke bawah. Sistimnya itu seperti MLM,” kata dia.

Hal ketiga, administrasi maupun tata kelola juga dipersiapkan dari rapor, pembagian mengajar, beban jam pembelajaran, dan lain-lain. “Jadi tidak hanya buku dan guru yang dipersiapkan, tapi administrasi/tata kelola karena merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan di tingkat pendidikan,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya