SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemakaman pasien meningggal dunia karena Covid-19 (Istimewa)

Solopos.com, JOGJA — Selama PPKM Darurat hingga Level 4 diberlakukan pada 3-29 Juli 2021, ada 570 jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 di Kota Jogja. Sekitar 200 jenazah di antaranya adalah warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah.

Angka tersebut meningkat jauh. Sebelum PPKM dalam durasi yang lebih panjang, dari Agustus 2020 hingga 3 Juli 2021, jumlah jenazah yang dimakankan secara protokol Covid-19 sebanyak 500. Kini, total ada 1.070 orang yang meninggal di Kota Jogja yang dimakamkan secara Protokol Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jogja, Nur Hidayat, untuk warga isoman yang meninggal harus dievakuasi ke Rumah Sakit (RS) terlebih dahulu. Setelah itu baru bisa dimakamkan.

Baca Juga: Anggota DPR Ramai-Ramai Tolak Fasilitas Hotel Isoman, Lantas Siapa yang Usulkan?

Saat kasus kematian sedang tinggi, petugas pemakaman bisa menangani 30-40 jenazah per hari. Hal ini cukup menyulitkan petugas pemakaman dari BPBD Jogja yang hanya memiliki enam tim. “Pemakaman kan tidak mencukupi, maka saya mengambil kebijakan untuk melibatkan peran serta anggota Kampung Tangguh Bencana (KTB). Di KTB kan di dalamnya ada relawan dari Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan lainnya,” kata Nur Hidayat, Kamis (29/7/2021).

Bantuan Sukarelawan

Saat ini proses pemakaman melibatkan sukarelawan di setiap kampung yang tersebar di Jogja. Sehingga penanganan jenazah dari kampung tertentu bisa ditangani oleh warganya sendiri. BPBD Jogja nantinya memfasilitasi alat pelindung diri (APD), edukasi protokol, pelatihan, dan sebagainya.

Nur Hidayat bersyukur banyak anggota KTB yang mau terlibat. Setiap kemantren dan kelurahan juga sudah memiliki sukarelawan. Satu tim terdiri ata tujuh orang. Jumlah sukarelawan ini diprediksi terus bertambah.

Baca Juga: Agama Baha’i, Dilarang Soekarno Diizinkan Gus Dur, Beberapa Pengikutnya Ada di Jateng

“[Apabila tidak mendapat bantuan dari relawan] kewalahan betul ini. Kan mau tidak mau harus melaksanakan pemakaman, masyarakat juga ingin proses pemakaman cepat dan sebagainya. Harapan kami, masyarakat juga paham dengan kondisi tim,” kata Nur Hidayat.

Selain sedikitnya tim pemakaman, proses pemakaman secara prokes juga lama. Sekali pemakaman setidaknya membutuhkan waktu tiga jam. Ada segala macam prosedur yang harus dilakukan. Untungnya, dari sisi ketersediaan APD sejauh ini tidak ada masalah. Masih ada stok untuk tiga bulan ke depan.

Pemakaman Sudah Mulai Turun

Sudah tiga hari terakhir ini terjadi penurunan jumlah kematian pasien Covid-19. Dari yang 30-40 per hari, saat ini berada di bawah 20 pemakaman. “Sekarang sudah terbukti, perlindungan konsisten dengan prokes di lingkungan keluarga dan masyarakat yang saya kira sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Saya harap konsisten dengan ini,” kata Nur Hidayat.

Untuk meminimalisasi risiko kematian pasien Covid-19, termasuk yang isolasi mandiri, perlu ada komunikasi yang intens dengan tenaga kesehatan.

Baca Juga: Warga Disuruh Prokes, Belasan Camat di Tegal Ini Malah Kumpul dan Karaoke Bareng, Duh!

Di wilayah kerja Puskesmas Gondokusuman 1, sejak Juni sampai saat ini sudah ada 11 pasien Covid-19 yang meninggal di rumah. Ada yang sedang isoman atau baru terdeteksi Covid-19 setelah meninggal.

Kepala Puskesmas Gondokusuman 1, Francisca Bambang, mengimbau warga yang isoman untuk menjaga komunikasi dengan petugas puskesmas. “Akan kami bantu untuk penanganannya. Kemudian melaporkan misal ada gejala, positif harus jujur, memberikan semua informasi kepada petugas. Tujuan kami hanya mencegah atau membatasi gerak dari virus ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya