SOLOPOS.COM - Kegiatan Borobudur Travel Mart beberapa waktu lalu

Kegiatan Borobudur Travel Mart beberapa waktu lalu

JAKARTA–Perusahaan biro perjalanan wisata Indonesia masih sulit menembus pasar dunia, terutama Eropa karena keterbatasan dana promosi.Padahal, Eropa merupakan salah satu pasar potensial untuk mengerek pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara setiap tahun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Asnawi Bahar, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), mengatakan industri pariwisata Indonesia masih menghadapi beberapa kendala ketika ingin melebarkan sayapnya di tingkat dunia.

“Sebagian anggota kami mengaku kesulitan menggarap pasar Eropa karena minimnya dana promosi. Faktanya, industri pariwisata di Eropa cukup sulit untuk bekerja sama dengan biro perjalanan wisata Indonesia,” ungkapnya kepada JIBI/Bisnis, Jumat (12/10/2012).

Menurutnya, memang sudah ada beberapa anggota Asita yang berhasil menembus pasar Eropa dan bekerja sama dengan industri pariwisata di sana.

Hanya saja, lanjutnya, untuk bisa menjalin kerja sama semacam itu perlu melakukan banyak promosi dan langkah pendekatan dengan biaya yang tidak murah.

Asnawi mengatakan perlu ada solusi memecahkan permasalahan tersebut agar industri pariwisata di Tanah Air bisa tumbuh lebih pesat. “Pemerintah dareha diharapkan ikut membantu promosi ke luar negeri. Selain itu, kegiatan promosi internasional perlu terus dilakukan dengan sasaran yang lebih luas,” katanya.

Pemerintah sebenarnya sudah melakukan sejumlah langkah dalam upaya meningkatkan jumlah wisman, seperti promosi ke luar negeri dan mengadakan pameran bertaraf internasional. Misalnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membantu penyelenggaraan Pasar Wisata Indonesia di sejumlah daerah sebagai ajang promosi destinasi.

Pasar Wisata Indonesia digelar di Bandar Lampung pada 9–12 Oktober, dengan mengundang pelaku industri pariwisata dari 28 negara. Pada ajang pameran tahun ini, sebanyak 74 delegasi pelaku industri pariwisata dalam negeri yang ikut ambil bagian.

Asnawi mengatakan pemerintah dan panitia penyelenggara Pasar Wisata Indonesia perlu memperluas buyers agar penetrasi BPW di sejumlah daerah bisa lebih berkembang. “Kami harapkan pada Pasar Wisata Indonesia ke depannya mengundang buyers yang berganti-ganti. Kami optimistis pangsa pasar Eropa prospektif untuk digarap,” ujarnya.

Badan Pusat Statistik mencatat kunjungan wisatawan dari sejumlah negara di Eropa masih menunjukkan tren peningkatan, walaupun Benua Biru itu masih terimbas krisis per Agustus. Wisman dari Prancis, Jerman, dan Inggris masih menunjukkan tren peningkatan pada periode Juni-Agustus.

Amy Foss, Director Smaragd Reizen- biro perjalanan wisata di Belanda, mengatakan Indonesia memiliki banyak peluang untuk menarik wisman asal negeri Kincir Angin.

Menurutnya, Indonesia memiliki banyak potensi, seperti kekayaan alam yang diminati oleh wisman Belanda. “Minat warga Belanda berlibur ke Indonesia sangat besar. Hanya saja, industri pariwisata Indonesia harus lebih kreatif merancang produk agar terus diminati,” katanya.

Dia memberi contoh, belum banyak biro perjalanan wisata Indonesia yang memiliki produk unik sebagai penguat destinasi yang ada.
Amy mengatakan perusahaannya pernah membuat produk wisata sepeda di Bukit Tinggi, Sumatera Barat sebagai daya tarik wisata.

“Saat itu belum ada industri pariwisata di Indonesia yang memiliki produk itu. Setelah kami berhasil, banyak BPW yang menduplikasi dengan membuat wisata sepeda di Sumbar,” ujarnya.

Dia mengatakan perusahannya juga kerap membantu pemerintah memromosikan destinasi wisata Indonesia di Belanda. “Kami bisa menjual paket wisata ke Indonesia untuk sekitar 100 orang per bulannya,” katanya.

John Hartanto, President Tedjo Expres Tours- biro perjalanan wisata di Amerika Serikat, mengatakan Indonesia harus lebih kompak dalam memromosikan destinasi agar industri pariwisatanya menjadi lebih kuat. Dia menilai selama ini masih ada ego esktoral dari setiap daerah sehingga kerap berjalan sendiri-sendiri.

“Sebaiknya harus lebih kompak. Indonesia masih diminati oleh wisatawan AS,” ujarnya. John mengatakan pemerintah juga harus lebih agresif promosi ke luar negeri kalau Indonesia merupakan negara aman.

Sebagian turis AS, lanjutnya, mengaku masih khawatir berlibur ke Indonesia karena isu mengenai terorisme.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya