SOLOPOS.COM - Suasana saat Asisten Deputi Pelayaran, Kelautan dan Pariwisata Kementerian Koordinator Kemaritiman didampingi Anggota DPRD DIY, meninjau salah satu lahan tambak yang terdampak proyek pembangunan NYIA, Rabu (30/8/2017).(Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Pergerakan garis pantai di sekitar kawasan pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) harus terus dipantau

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pergerakan garis pantai di sekitar kawasan pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) harus terus dipantau. Kendati demikian, kondisi garis pantai yang dinamis tidak akan memberikan masalah berarti, apabila tidak banyak intervensi manusia dan ada langkah partisipatif.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Asisten Deputi Insfrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata, Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman, Rahman Hidayat  menjelaskan dinamika garis pantai sisi luar bandara perlu dipantau secara rutin, karena bergeser setiap tahunnya. Dan pergerakan itu bisa bergerak masuk atau menjauh ke selatan.

Rahman menegaskan, jika pergeseran terjadi kurang dari 10 meter, maka hal itu masih aman dan tidak akan menjadi masalah. Namun bila pergeseran berjarak lebih dari itu, maka perlu dipikirkan antisipasinya. Apalagi, saat ini ada pembangunan pelabuhan yang belum selesai dilakukan, dan dikhawatirkan dapat menyuplai endapan ke lokasi pembangunan NYIA, menyebabkan sejumlah gangguan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kalau perlu, sejak awal dimasukkan ke dalam rencana operasional bandara. PT Angkasa Pura I bisa melakukan langkah antisipasi, misalnya memasang kamera untuk memantau garis pantai tadi, karena kalau mengandalkan data satelit tidak akan detail,” papar dia, dalam kunjungan pantauan di lokasi pembangunan NYIA, di kawasan pantai Glagah, Rabu (30/8/2017).

Rahman menambahkan, lokasi NYIA sel kecilnya berada diantara muara sungai sungai Serang (timur) dan Sungai Bogowonto (barat). Dua muara sungai ini akan mempengaruhi garis pantai, di sisi luar NYIA dengan bentangan jarak sekitar enam kilometer.

Erupsi Gunung Merapi yang menyuplai pasir ke pantai, juga perlu diwaspadai. Kendati demikian, masalah alam ini bisa diminimalisir dan dicegah dengan pengetahuan ilmu teknologi. Ilmu Teknik Sipil telah mempelajari cara melindungi, menjaga, dan melindungi bangunan yang berada di garis pantai yang terus bergerak.

Persoalan justru bisa hadir akibat pergerakan garis pantai apabila ada intervensi dari manusia, misalnya pemasangan jeti, pemecah gelombang. Selain itu, pembangunan pelabuhan, hingga pembangunan resor yang terlalu dekat dengan pantai.

Padahal seiring dengan operasional bandara sangat memungkinkan banyak resor bermunculan, sebab kawasan pantai tidak mengenal wilayah administratif. Dalam istilah kemaritiman, garis pantai berada pada satu kesatuan alaminya yang lebih akrab dinamakan sel pantai yang bergerak di satu wilayah, sehingga ia benar-benar berharap persoalan ini diantisipasi benar oleh operator NYIA.

Jangan sampai di masa depan muncul masalah, dan kemudian baru sadar, seolah-olah masalah ini belum pernah dikaji dari awal.

Di kesempatan yang sama, ia juga meyakini tidak melihat adanya ancaman serius terkait penentuan lokasi NYIA di Kecamatan Temon, Kulonprogo. Bahkan menyebut wilayah tersebut merupakan lokasi terbaik untuk pembangunan bandara baru, setelah melewati serangkaian kajian.

Ia menerangkan, lokasi pembangunan NYIA memiliki keuntungan, yaitu kontur tanah yang datar. Sehingga kini proses pembangunan NYIA hanya perlu dipantau dan diawasi, agar berjalan sesuai target, beroperasi pada 2019. Apalagi bandara Adi Sutjipto juga sudah tidak mampu menampung lebih banyak orang dan kehadiran NYIA diharapkan bisa mendukung wisata Borobudur.

“Semua dikerjakan paralel, tidak parsial dan saling menunggu pekerjaan satu selesai baru pekerjaan lainnya,” imbuh dia.

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mempersilahkan setiap pihak yang ingin berdiskusi secara ilmiah mengenai pembangunan NYIA. Ia mengungkapkan, ada cukup banyak bandara yang dibangun di tepi laut, tidak hanya Kulonprogo, melainkan juga di Denpasar dan Korea Selatan yang posisinya justru lebih menjorok ke laut. Semua bandara tersebut sejauh ini berada dalam kondisi aman beroperasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya