SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. al-‘Ashr/103:1-3)

Sukses, beruntung, selamat dan beberapa kata dan istilah sejenis itu merupakan hal-hal yang disukai dan disenangi setiap orang. Harapan setiap orang adalah mencapai ke suksesan, mendapatkan keuntungan dan memperoleh keselamatan. Begitu pula se baliknya, mereka tidak pernah menginginkan kegagalan, kerugian dan kecelakaan atau kebinasaan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Waktu Tampaknya masalah waktu menjadi tema utama surat al-‘Ashr. Allah SWT mengawali sumpah-Nya terhadap waktu : Wal ‘Ashr (Demi waktu!). Prof. Hasbi Ash-Shiddiqi menjelaskan, sesuatu yang dijadikan Allah sebagai sumpah merupakan sesuatu yang penting dan menyiratkan pengertian sesuatu itu harus diperhatikan.

Hal ini berarti manusia akan berada dalam kondisi rugi apabila tidak memperhatikan masalah waktu. Bukan waktu yang membawa kerugian, akan tetapi sikap dan perbuatan yang mereka lakukan dalam waktu-waktu yang telah Allah sediakan. Kehidupan adalah kumpulan waktu dengan berbagai peristiwa di dalamnya.

Waktu yang disediakan bisa jadi sama, namun peristiwa yang terjadi di dalamnya tidak selalu sama. Maka nilai setiap kita sesungguhnya sangat ditentukan dari bagaimana kita memanfaatkan waktu dan kesempatan yang telah disediakan.

Ada orang yang sukses karena mampu menggunakan waktunya untuk aktivitasaktivitas bermanfaat yang mengantarkan pada kesuksesan. Ada pulayang melewatkan waktu dan membuang-buang kesempatan untuk kegiatan yang tidak mendatangkan manfaat, kesia-siaan atau malah mengisi waktunya dengan perilaku dosa dan kemaksiatan.

Na’uudzubillahi min dzaalik! Kalau saja kita mau mempelajari surat al-‘Ashr, maka sungguh Allah telah menjelaskan kepada kita di dalamnya ada petunjuk yang jika kita amalkan akan mengantarkan kita mencapai kesuksesan hidup, yakni dengan cara mengisi waktu yang tersedia dengan amal-amal yang bermanfaat. Bagi orang yang beriman, setiap aktivitas yang dia lakukan memiliki dua dimensi itu sekaligus : dunia dan akhirat.

Baginya, dunia merupakan jalan dan sarana yang bisa dia manfatkan untuk kepentingan akhiratnya. Allah SWT mengawali surat itu dengan sumpah terhadap waktu dan kemudian pernyataan bahwa manusia benar-benar berada dalam kerugian. Ini berarti bahwa orang yang tidak memperhatikan waktu akan mengalami kerugian. Lebih jelasnya, orang yang tidak mengisi waktunya dengan sejumlah hal yang akan disebutkan kemudian dalam ayat selanjutnya akan mengalami kerugian.

Allah SWT kemudian mengungkapkan halhal yang harus dilakukan dalam rentang waktu yang telah disediakan yakni : beriman, beramal shalih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam hal kesabaran. Kata ‘amiluu berasal dari kata ‘amalun artinya pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran.

Kata shalihaat berasal dari kata shaluha yang berarti ‘bermanfaat atau sesuai.’ Jadi, amal shalih adalah aktivitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran pekerjaan itu memberi manfaat untuk dirinya atau orang lain. Selain itu, pekerjaan itu sesuai aturan-aturan yang telah ditentukan. Syaikh Muhammad Abduh rahimahullah mendefi nisikan amal shalih sebagai perbuatan yang berguna bagi diri pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan.

Jadi, karya atau aktivitas apapun yang kita lakukan penuh kesadaran demi kemaslahatan diri sendiri, keluarga atau masyarakat, dapat disebut amal saleh. Harus diingat, amal saleh itu harus dibarengi poin pertama yaitu iman, karena amal saleh tanpa dilandasi iman kepada Allah SWT akan menjadi sia-sia.

Saling menasihati dalam Kebenaran Saling berwasiat untuk berpegang teguh kepada kebenaran. Al-haq adalah kebenaran yang pasti yakni Islam. Maka agar kita sukses menjalani kehidupan, tidak bisa tidak, harus mengetahui hakikat kebenaran Islam, mengamalkannya dan menyampaikannya kepada orang lain.

Barangsiapa yang tidak mau mengajak orang lain berpegang teguh kepada kebenaran Islam setelah ia mengetahuinya, maka ia termasuk kelompok manusia yang merugi. Dengan demikian menyampaikan kebenaran Islam (berdakwah) ini merupakan kewajiban setiap muslim, bukan hanya kewajiban ustadz, kyai atau ulama saja. Tentu saja berdakwah harus dengan landasan ilmu, hikmah dan kebijaksanaan. Walloohu a’lam bish showwaab

Sigit Yulianta
Pengurus Wilayah
Muhammadiyah
Kota Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya