SOLOPOS.COM - Tim gabungan dari Laboaratorium Hama dan Penyakit Tanaman se-Soloraya dan BBPPOPT berdiskusi tentang hasil temuan penyelidikan atas kondisi lahan yang berdampak pada turunnya produksi padi di wilayah Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Kamis (22/9/2022). (Istimewa/Dwi Susilarto)

Solopos.com, SRAGEN — Penurunan produktivitas tanaman padi menjadi keresahan petani di Sragen beberapa waktu terakhir ini. Penyebab penurunan produktivitas tersebut diduga karena penyakit rumput kerdil karena media tanam tanah telalu asam.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Seksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kabupaten Sragen, Inung Ardian, pada Solopos.com, Selasa (8/11/2022). “Di beberapa daerah memang ada penurunan hasil penen, tapi tidak terlalu signifikan, karena ada kasus tanaman stagnan atau rumput kerdil,” papar Inung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia sudah menugaskan kepada penyuluh pertanian di daerah masing-masing untuk melakukan pengecekan dengan mengubin, baik pada tanaman padi normal maupun yang kena rumput kerdil.

Ia mengakui ada penurunan, namun ketika tanaman padi normal dibagi dengan yang stagnan, masih di atas rata-rata nasional. Secara keseluruhan masalah tersebut itu tidak berpengaruh pada produktivitas padi secara keseluruhan di Sragen karena terjadi di sebagian daerah saja.

Baca Juga: Produktivitas Padi Turun, Petani Sragen Belum Temukan Solusi Mengatasinya

Inung mengatakan daerah yang terkena rumput kerdil antara lain di Gondang, Sambungmacan, dan Sumberlawang. Beberapa waktu lalu, ia mengaku sudah mengumpulkan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) dari 20 kecamatan di Sragen untuk memaparkan hasil penyelidikan tim pusat dan provinsi.

“Rumput kerdil itu diduga karena tanahnya asam sehingga tanaman susah berkembang. Untuk penanggulangannya kalau tanah asam jangan dipupuk,” jelasnya.

Penyebab lain, sambung dia, juga bisa karena beberapa faktor. Seperti pengolahan tanah yang terlalu cepat, sehingga belum ada pembusukan jerami sisa panen bisa menyebabkan tanah menjadi asam. Kelebihan pemberian pupuk juga bisa menjadi penyebab.

Sementara itu, jumlah lahan padi yang dipanen raya pada September-November 2022 sekitar 20.000-an hektare luas. Pada November ini sisa 4.000-5000-an hektare yang belum dipanen. Sementara jumlah gabah kering panen (GKP) sekitar 32.743 ton.

Baca Juga: Penyakit Kerdil Tanaman Meresahkan, Petani Sragen Terapkan Pemupukan Berimbang

“Sementara itu prediksi luas tanam hingga akhir 2022 adalah seluas 108.173 hektare, dengan prediksi luas panen hingga akhir 2022 ini seluas 106.789 hektare. Sedangkan target produksi hingga akhir tahin ini adalah 688.788 ton,” ujar dia.

Sebelumnya, penurunan produktivitas tanaman padi diungkapkan oleh Ketua KTNA Kabupaten Sragen, Suratno. Ia mendapati hasil panen gabah kering panen secara global di Bumi Sukowati mengalami penurunan 30%-40%.

Ia mengatakan penyebab utama dari penurunan produktivitas ini karena tanaman padi terkena penyakit rumput kerdil. Penurunan produktivitas hasil pertanian ini bisa dilihat ketika padi berusia 20-30 hari. Tinggi tanaman padi tidak normal, yaitu lebih pendek 50% daripada yang seharusnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya