SOLOPOS.COM - Sapi-sapi di sebuah rumah peternakan dan penyembelihan hewan di Ampel, Selasa (21/5/2013), dirawat oleh pekerja. Setelah disembelih, sapi menyisakan kulit dan dijual kepada para pengepul, salah satunya untuk didistribusikan kepada produsen rambak. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)


Sapi-sapi di sebuah rumah peternakan dan penyembelihan hewan di Ampel, Selasa (21/5/2013), dirawat oleh pekerja. Setelah disembelih, sapi menyisakan kulit dan dijual kepada para pengepul, salah satunya untuk didistribusikan kepada produsen rambak. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI–Kulit sapi dari sejumlah pemotongan hewan di Kecamatan Ampel, Boyolali tak hanya diburu pelaku bisnis kerajinan kulit. Produsen rambak pun mengantre bagian sisa pemotongan sapi untuk dijadikan bahan baku.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, sejumlah pemilik rumah pemotongan sapi di Ampel dan sekitarnya menjual secara terpisah antara kulit dan daging sapi. Belakangan ini, kulit sisa pemotongan sapi tersebut mulai dijual oleh para pengepul kepada produsen rambak dari sejumlah wilayah.

“Yang mengatur penjualan adalah pengepul tapi sudah banyak [kulit sapi] dijual ke Boyolali dan Jogja untuk dijadikan rambak, rambak kulit sapi,” terang peternak sekaligus pemilik rumah penyembelihan sapi di daerah perbatasan Cepogo dan Ampel, Bingan saat ditemui Solopos.com, Selasa (21/5/2013), di kediamannya.

Dia mengaku dalam sehari mampu menjual sekitar dua kuintal kulit sapi. Kulit tersebut merupakan hasil pemotongan empat ekor sapi. “Rata-rata seekor sapi [menghasilkan kulit] 40 kg,” jelasnya.

Dalam kondisi basah, lanjut dia, kulit sapi dibeli pengepul seharga Rp22.000/kg. Dia menyebut harga tersebut tergolong normal. Bingan tak mengelak keberadaan produsen rambak kulit menjadi pesaing perajin kulit sapi. Meskipun alokasi penjualan dikuasai pengepul, kulit sapi diperkirakannya terdistribusi 50:50 kepada perajin kulit dan produsen rambak.

Sementara mantan ketua jagal sapi di Ampel, Yusuf menerangkan tengkulak kulit sapi untuk para perajin mulai mengeluh. “Sekarang ini pembeli bahan mentah kulit sapi sudah mulai kesulitan memperoleh. Berkurangnya kuota penyembelihan sapi belakangan ini juga menjadi faktor penyebabnya,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya