SOLOPOS.COM - Sukardianto, 54, membuat beberapa porsi bakso beranak untuk pelanggannya di warungnya di Tandurejo, Singodutan, Selogiri, Wonogiri, Selasa (21/2/2017). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Kuliner Wonogiri, warung bakso di Singodutan ramai gara-gara bakso beranak.

Solopos.com, WONOGIRI — Pembeli datang silih berganti di Warung Bakso Mboyong Kalegan di Tandurejo RT 001/RW 007, Desa Singodutan, Wonogiri, Selasa (21/2/2017) siang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Bakso beranak empat porsi, Pak,” ucap salah satu konsumen yang datang bersama rombongannya memesan menu.

Pemilik warung, Sukardianto, 54, segera maracik bumbu dalam mangkuk. Dalam waktu singkat bakso beranak siap dihidangkan. Lelaki yang lebih akrab disapa Kasum itu sudah empat bulan terakhir menjual bakso beranak.

Dari awalnya coba-coba, kini bakso beranak buatannya sudah dikenal masyarakat hingga Solo dan Pacitan. Bakso beranak buatan Sukardianto populer melalui media sosial (medsos), seperti Facebook dan Instagram.

Bakso beranak di Warung Mboyong Kalegan, Desa Singodutan, Selogiri, Wonogiri. Foto diambil Selasa (21/2/2017). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Bakso beranak di Warung Mboyong Kalegan, Desa Singodutan, Selogiri, Wonogiri. Foto diambil Selasa (21/2/2017). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Sukardianto memberi nama baksonya bakso beranak agar orang penasaran. Nama itu merepresentasikan bakso yang berisi empat bakso kecil dan urat cincang. Isian tersebut seperti layaknya anak bakso utama yang berdiameter kurang lebih 9 cm.

Beruntung, siang itu Solopos.com masih kebagian. Bakso beranak yang berukuran besar hampir memenuhi mangkuk standar berdiameter 16 cm. Penyajiannya bersama tiga butir bakso kecil dan mi.

Saat dibelah terlihat isi bakso yang melimpah. Bakso utama bagaikan induk dan isinya seperti anak-anaknya. Kuahnya bening dan tak terlalu banyak minyak. Tampilannya begitu menggoda selera.

Saat sampai di mulut, kuah terasa segar dan gurih. Rasa gurih dan kekenyalan bakso beranak juga pas. Rasa bakso kecil yang menjadi isi sama dengan bakso induk. Urat cincang menjadi pembeda.

Teksturnya yang cukup keras seperti tulang muda memberi sensasi kriuk. Harganya ramah di kantong, hanya Rp15.000/porsi.

Penasaran ingin mencoba? Lokasi Warung Mboyong Kalegan berada sekitar 1,3 km dari Pasar Singodutan arah selatan atau Desa Keloran. Pasar itu tak jauh dari Terminal Giri Adipura atau lebih dikenal Terminal Krisak. Warungnya tepat di pojok pertigaan wilayah perbatasan Singodutan-Keloran.

Sukardianto mengatakan ide pembuatan bakso beranak kali pertama lahir saat usahanya yang digeluti sejak puluhan tahun menghadapi kondisi sulit. Saat itu setiap hari dia hanya mampu menjual bakso dari bahan daging 4 kg-5 kg.

“Idenya muncul waktu saya nylothoti bakso sama istri. Saya tanya sama istri bagaimana caranya biar dagangan laris. Tiba-tiba muncul ide untuk buat bakso berisi bakso kecil dan urat. Lalu coba-coba. Anak saya mempromosikannya melalui medsos. Sekarang laris manis, bisa habis 14 kg daging,” ulas dia.

Salah satu penikmat bakso, Setyo, 36, merasa sangat puas setelah mencicipi bakso beranak. Kabar yang beredar mengenai bakso beranak Singodutan ternyata benar. “Tahunya dari orang-orang. Penasaran lalu ke sini. Baksonya mantap, mengenyangkan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya