SOLOPOS.COM - Es puter sajian Kedai Djadoel di Jl. Kartika No 14, Ngoresan, Jebres, Solo (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Anda mungkin sudah awam dengan yang namanya es puter. Nama es tersebut memang disesuaikan dengan cara pembuatannya yang harus diputar. Es puter yang termasuk dalam jenis es krim ini adalah salah satu kuliner tradisional yang masih bertahan hingga sekarang.

Pada masa lalu, es krim bukanlah minuman yang asing bagi orang yang tinggal di negara-negara Eropa. Lantaran orang Belanda menjajah Indonesia selama lebih dari tiga setengah abad, maka minuman dingin ini pun turut dibuat oleh para penjajah yang tinggal di Indonesia.

Promosi Dirut BRI dan CEO Microsoft Bahas Akselerasi Inklusi Keuangan di Indonesia

Dulu, es krim ini hanya bisa dinikmati oleh orang Belanda, karena hanya mereka yang tahu resep pembuatannya. Namun lambat laun orang pribumi pun bisa membuat sendiri dan menciptakan es krim tradisional yang khas Indonesia. Es krim tersebut adalah es puter.

Orang yang menikmati minuman ini, seolah ingatannya dibawa bernostalgia kembali ke masa lalu, di mana es puter ini sering dijajakan dengan dorongan gerobak. Gerobak itu biasanya akan berhenti di depan sekolah, sebab anak-anak sekolah banyak yang menyukainya.

Namun untuk memburu es puter, sekarang tidak perlu pergi ke sekolah-sekolah. Di Solo, ada beberapa titik penjual es puter yang masih dijajakan secara tradisional dengan gerobak.

Suasana itu bisa didapati di kawasan Ngarsopuro, Solo. Ada sejumlah pedagang es puter yang menjajakan es di depan Pasar Triwindu, ada pula yang berada di trotoar kawasan tersebut. Salah satu penjual es puter yang berada di kawasan Ngarsopuro, Alex, 24, mengatakan sudah berdagang es puter di kawasan itu selama setahun.

Dia dan beberapa rekannya yang sama-sama menjual es puter, mendapatkan es puter dari salah satu produsen es puter di Kelurahan Ketelan, Kecamatan Banjarsari, Solo. Kendati mengambil dari orang lain, namun dia juga turut membantu dalam proses pembuatannya. “Pembuatannya pagi hari dan masih menggunakan cara manual,” ujar Alex saat ditemui Solopos.com di depan Pasar Triwindu, Selasa (8/4/2014).

“Kalau belum mahir membuat es puter, bisa jadi telurnya malah tidak bisa menyatu dengan semua bahan.”

Es puter yang dia buat hanya menggunakan bahan berupa santan kelapa, gula pasir dan sisiran kelapa muda atau degan. Ia menambahkan degan dalam es puter agar di dalam es tersebut tak hanya berupa santan. Proses pembuatannya memakan waktu lebih dari dua jam.

Saat subuh, dia dan kawan-kawannya mulai membuat es puter. Semua bahan dimasukkan ke dalam wadah alumunium bundar. Sekeliling wadah tersebut diberi pecahan es batu dan garam. Setelah semua bahan masuk, Alex mulai memutar wadah tersebut sembari mengaduk santan dengan sebilah bambu. Sebelum campuran santan mengeras, dia tidak akan berhenti untuk mengaduk dan memutar wadah. Sebelum pukul 09.00 WIB dia dan rekan lainnya sudah harus berada di lokasi jualan masing-masing. “Siang tidak begitu ramai. Justru yang paling ramai itu pas malam hari,” ujar Alex.

Dia juga menggunakan tapai ketan hijau sebagai campuran es puter. Satu porsi es puter plus tapai ketan dihargai Rp4.000. Cukup murah untuk ukuran es krim segelas sebagai pelepas dahaga. Rasa gurih yang didapat dari santan kelapa menyatu dengan rasa manis asam tapai ketan.

Lain halnya dengan es puter yang dijual di Kedai Djadoel di Jl. Kartika No 14, Ngoresan, Jebres, Solo. Pria yang akrab disapa Coco, ini memang menjual es puter dengan konsep zaman dulu. Dalam semangkok es terdapat tiga bulatan es krim yang rasanya sangat lembut. Agar tampilannya lebih menawan, dia memberikan topping berupa meses, susu cokelat dan irisan nata de coco. Semangkok es puter dihargai Rp4.000.

Dia mengaku membuat es puter secara otodidak. Resep-resepnya dia dapat dari internet namun dengan beberapa penyesuaian saat dia praktik membuat es puter. Bahan yang dia perlukan untuk membuat es puter antara lain santan kelapa, susu sapi, telur ayam dan gula pasir. “Kalau belum mahir membuat es puter, bisa jadi telurnya malah tidak bisa menyatu dengan semua bahan,” ujar Coco saat ditemui Solopos.com di kedainya yang berada di belakang Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Kentingan, Solo.

Coco mengatakan, dulu dia pernah membuat es puter dalam tiga varian rasa, yakni original, cokelat dan stroberi. Namun saat ini dua rasa terakhir dihilangkan karena banyak konsumen yang lebih meminati es rasa original.

Setelah es puter membeku, kata Coco, dia kemudian memindahkan semua es puter buatannya ke dalam wadah-wadah kecil tertutup, lalu dimasukkan ke dalam freezer. Dia sengaja tidak menggunakan es batu lantaran penggunaannya lebih boros dan irit tenaga. “Tujuan penggunaan es batu itu adalah agar es puter tetap membeku. Dengan dimasukkan ke freezer, es puter juga bisa membeku. Hanya saya khawatir kalau mati listrik, es yang saya buat bisa mencair,” ungkap dia.

Sementara itu, salah satu menu es puter juga tersedia di Warung Bakso Marem yang tak jauh dari Terminal Sukoharjo. Di warung ini, terdapat tiga varian es puter, yakni rujak es krim puter Rp6.000/porsi, tapai ketan es krim puter Rp5.000/porsi dan degan kopyor es krim puter Rp5.000/porsi.

Pembuat es puter di warung tersebut, Dayat, 45, saat ditemui Solopos.com di warung tersebut, Kamis (9/4), mengatakan ide pembuatan es krim puter itu awalnya muncul dari pemilik warung, Pardi. “Setelah coba beberapa kali, akhirnya sudah menemukan rasa yang cocok,” ujar Dayat.

Es krim puter di warung tersebut sangat diminati oleh banyak orang. Setiap Sabtu, Minggu dan hari libur, menu tersebut selalu ludes habis sebelum pukul 16.00 WIB. Rata-rata para pengunjung banyak yang menyukai rujak es krim puter.

Di dasar wadah gelas yang cukup besar, terdapat rujak aneka buah. Setelah itu rujak tersebut ditumpuk dengan es puter yang lembut. Dayat juga menambahkan pecahan es batu agar dinginnya tetap bertahan. Saat disantap, rasa dingin lembut es krim sangat ngeblend dengan rujak yang pedas. Kesegarannya tak terelakkan. “Sebagian pengunjung warung ingin rujaknya lebih pedas lagi. Padahal saya membuat rujaknya juga cukup pedas,” ungkap dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya