SOLOPOS.COM - Bagian belakang mobile food van milik Milkies (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Belakangan hari ini, semakin banyak saja pelaku usaha yang memanfaatkan mobile food van—sebutan untuk modifikasi mobil yang dirancang demi bisa digunakan berjualan makanan. Dari waffle, nachos, crepes, hingga takoyaki dan okonomiyaki ditawarkan para penjaja makanan dan minuman itu.

Berjualan di lokasi keramaian sejak dulu biasa dilakukan pedagang makanan dan minuman. Mulanya mereka menggunakan pikulan, gerobak, sepeda, ataupun kendaraan bermotor roda dua.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penggunaan wahana-wahana itu memudahkan penjual makanan dan minuman berpindah tempat dari satu lokasi keramaian ke lokasi keramaian lainnya. Lambat laun, penggunaan pikulan dan gerobak maupun kendaraan bermotor—terutama kendaraan roda dua—terasa banyak kekurangannya.

Selain tidak bisa membawa banyak barang, persoalan cuaca juga menjadi kendala tersendiri. Berkaca dari situasi itu, beberapa penjaja makanan dan minuman di Solo memiliki menggunakan mobil agar mereka bisa lebih leluasa menjual makanan dagangan mereka.

Alhasil, banyak di antara mereka yang merombak mobil kesayangan untuk dijadikan dapur berjalan. Mereka memasang kompor gas, kulkas, almari, dan bahkan blender di dalam mobil. Lalu makanan dan miuman apa saja yang bisa dihasilkan dari mobile food van itu?

Salah satu mobile food van yang sering mondar-mandir di Kota Solo adalah Combi Milk milik Chakti Febri Yudhanto, 22. Ia sengaja mengubah mobil Volkswagen (VW) Combi miliknya menjadi sebuah kedai berjalan dengan merek Milkies.

Chakti memanfaatkan mobil VW Combi yang berbodi bongsor menjadi mobil niaga. Mobil tua produksi 1980-an itu ternyata juga masih kokoh ketika dipermak menjadi sebuah ruang dapur. Dia sengaja merombak habis dua kabin belakang mobilnya menjadi sebuah dapur yang dilengkapi kompor gas.

Ia juga menempatkan beberapa lampu di dalam kabin ‘dapur’ tersebut serta menempatkan almari di belakang jok kemudi. Meja-meja dan almari kecil di tepian bodi mobil itu untuk menyimpan sejumlah perlengkapan pembuatan makanan dan minuman. Sedangkan untuk pendingin, dia masih memakai coolbox.

Begitu pintu belakang dibuka, yang terlihat adalah meja kasir dan sejumlah perlengkapan dapur. Sementara jendela sebelah kanan dibuat bisa membuka seperti sayap untuk melayani pembeli dari samping mobil.

“Kalau di festival kan banyak variasi Combi yang dibuat dengan berbagai konsep. Saya terinspirasi membuat pantry dari festival itu,” ujar Chakti saat ditemui Solopos.com di Stadion Manahan, Solo, Rabu (28/5/2014).

Dia dan kekasihnya biasanya menjajakan makanan dan minuman yang masih hangat di dalam mobil. Beberapa menu yang dia sediakan di antaranya aneka waffle dengan harga Rp7.000 per porsi dan aneka nachos dengan harga yang sama setiap porsinya.

Ice Blended

Sedangkan untuk minuman, dia menyediakan aneka es dan susu, seperti ice blended seharga Rp5.000-an, milk blended, milkgurt (milk+yoghurt) dan milktea dengan harga Rp7.000-Rp10.000 per gelas. Chakti sengaja memakai VW Combi karena mobil tersebut sangat istimewa dengan kabin yang cukup luas.

Sebelum berjualan menggunakan VW Combi, dia telah berjualan menu-menu tersebut di wilayah Keprabon. Dia juga membuka gerai susu di dekat Toko Lumbung Batik, Laweyan.

Selain di kawasan Manahan, setiap Minggu pagi, ia meramaikan car free day (CFD) di Jl. Slamet Riyadi, Solo dengan menempatkan Combi Milk di sebelah timur Toserba Sami Luwes. Di lain hari, dia berkeliling dan singgah di depan sejumlah SMA di Solo.

Hal serupa dilakukan Joko Purnomo, pemilik Kaka Crepes. Setiap hari, Joko menggunakan Daihatsu Espass miliknya untuk berjualan crepes di pinggir jalan sekitar gedung Solo Techno Park (STP).

Crepes

Joko mengatakan dulu kali pertama berjualan crepes ia menggunakan gerobak di sekitar pendapa Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Pernah juga dia menggunakan sedan untuk berjualan crepes.

“Siang hingga sore hari jualan di pinggir jalan, tapi kalau malam pindah ke sekitar Pendapa ISI,” ujar Joko saat ditemui Solopos.com di kawasan sekitar STP, Rabu.

Dengan mobil itu, dia bersama istrinya, Atik, menjajakan crepes bikinannya yang masih hangat dengan harga Rp3.000-Rp4.500 per porsi. Joko sengaja merombak jok paling belakang mobilnya untuk menempatkan kompor gas. Ketika sudah waktunya pulang, dia tinggal melipat meja di belakang. Mobil tersebut juga biasa dia gunakan untuk bepergian bersama anggota keluarganya.

Joko mengaku lebih banyak keuntungan yang didapat dengan berjualan menggunakan mobil ketimbang menyewa kios. “Kalau malam Minggu saya berjualan di sekitar Pasar Tawangmangu dan sekalian pulang kampung. Begitu subuh saya harus turun ke Karanganyar untuk berjualan di CFD Karanganyar di sepanjang Jl. Lawu,” papar Joko.

Takoyaki dan Okonomiyaki

Sementara itu, Azis Mahmudi menggunakan mobil Daihatsu Xebra untuk berjualan takoyaki dan okonomiyaki di depan gerbang Kampus ISI Solo. Ia menamai mobilnya Tomodachi.

Ia memang menyasar konsumen kalangan mahasiswa sehingga memilih area kampus untuk berjualan. Harga aneka rasa Takoyaki Rp10.000 per porsi. Sedangkan satu porsi Okonomiyaki Rp11.000.



“Untuk outlet Tomodachi biasanya berada di toko di Pajang, Manahan, dan Tipes. Tapi khusus di sini mengunakan mobil boks yang sudah dimodifikasi,” ujar Azis.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya