SOLOPOS.COM - Gulai Sumsum Warung Sate Kambing Putra Tambaksegaran Jl Gajah Mada No. 93, Solo, selatan Masjid Solikhin. (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Gulai adalah makanan tradisional dengan kuah santan kental dicampur dengan aneka rempah. Di Kota Solo dan sekitarnya, tidak terlalu sulit menemukan gulai, hampir semua warung satai menyediakan gulai berisi irisan macam-macam jeroan kambing atau sapi.

Salah satunya Warung Sate Kambing Pak Samin. Namun, warung di Jl Diponegoro No. 36, Solo (kawasan Ngarsopuro) ini menyajikan gulai yang agak berbeda, yakni gulai goreng (gulgor). Semua jeroan kambing yang sudah dimasak, ditiriskan. Setelah agak kering, aneka jeroan itu, seperti usus, paru-paru, hati, dan sebagainya itu digoreng dengan wajan yang dipanaskan dengan api dalam anglo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemilik Warung Sate Kambing Pak Samin, Samin Citro Semito, 80, mengatakan ide membuat menu gulgor muncul sekitar 20 tahun lalu. “Dulu orang tidak suka dengan gulai berkuah. Tapi setelah jeroannya digoreng, alhamdulillah justru semakin banyak orang yang suka gulai buatan saya,” ujar Samin saat ditemui Solopos.com di warungnya, Kamis (17/7/2014).

Setelah digoreng, memang jeroan kambingnya jadi renyah. Aroma perengus khas jeroan kambing juga lenyap. Gulgor di warung ini bisa dinikmati sebagai camilan, dimakan dengan nasi, atau dimakan dengan nasi dan kuah yang terpisah. Bahkan, menurut Samin, banyak anak kecil yang suka. Satu porsi gulgor di warung yang buka pukul 06.30 WIB-15.00 WIB ini dihargai Rp22.000 sudah termasuk nasi putih.

Lain lagi dengan gulai di Warung Sate Kambing Putra Tambaksegaran Jl Gajah Mada No. 93, Solo (sebelah selatan Masjid Solikhin). Warung satai ini adalah cabang Warung Sate Tambaksegaran, Widuran, Solo. Di warung ini tersedia aneka gulai, seperti gulai kaki kambing, gulai daging, tapi yang paling spesial adalah gulai sumsum kambing.

Pemilik Warung Sate Kambing Putra Tambaksegaran, Candra, mengatakan di warungnya tidak ada gulai jeroan kambing. “Gulai kambing selama ini identik dengan jeroan kambing. Tapi di tempat kami sama sekali tidak menggunakan jeroan karena banyak pelanggan yang tidak suka. Alasannya jeroan bisa menyebabkan asam urat, kolesterol, dan sebagainya,” ujar Candra saat ditemui Solopos.com di warungnya, Rabu (16/7/2014).

Sejak dulu, Candra hanya menggunakan kambing betina yang sudah gemuk untuk gulainya. Menurut dia, daging kambing betina lebih empuk saat diolah ketimbang daging kambing jantan.

Untuk gulai sumsum, Candra menggunakan tulang kaki sebagai bahan utama karena tulang tersebut mengandung banyak sumsum. “Cara makannya, sumsum tulang disedot,” ujar dia.

Sedangkan untuk menu gulai kaki kambing, Candra menggunakan kaki kambing paling bawah yang sudah dipecah. Seporsi gulai sumsum, gulai kaki kambing, dan gulai daging, masing-masing seharga Rp30.000.

Selain gulai dan satai, warung yang buka pukul 12.00 WIB-21.30 WIB ini juga menyediakan variasi olahan kambing spesial yang lain, seperti kikil kambing bakar, iga kambing bakar, dan tongseng mi (tongmi).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya