SOLOPOS.COM - Oseng buncis (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menetapkan 30 masakan dari berbagai daerah di Indonesia sebagai ikon kuliner Nusantara. Tiga di antara 30 ikon kuliner Nusantara itu berasal dari Solo.

Ketiga masakan khas Solo yang memiliki andil menghiasi rangkaian kuliner Nuasantara itu adalah orak-arik buncis solo, nasi liwet solo, dan kunyit asam solo. Ikon kuliner Nusantara itu sempat didemonstrasikan dalam Solo Indonesia Culinary Festival (SICF) 2014 di Kompleks Benteng Vastenburg, Solo, akhir pekan lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Executive Chef Hotel Baron Indah Jeffrey Y. Kotta mengatakan salah satu syarat masuk 30 ikon kuliner Nusantara adalah bahannya mudah didapat, ada pelakunya, ada cerita filosofinya, dan masih orisinal. Orak-arik buncis, imbuh dia, bisa memenuhi semua kriteria itu.

Orak-arik buncis sejatinya merupakan salah satu bagian dari menu tumpeng. Masyarakat Indonesia, terutama suku Jawa yang tinggal di Solo, sudah sangat akrab dengan masakan itu. Berbagai rumah makan, sederhana maupun besar, dan beretnik Jawa klasik, pasti menyediakan orak-arik buncis. “Buncis bisa didapat di mana saja,” ujar Jeffrey saat ditemui Solopos.com di sela-sela acara SICF 2014 lalu.

Secara filosofi, imbuh dia, buncis termasuk sayuran panjang. Sayuran yang panjang menyimbolkan kesombongan. Agar kesombongan tidak menyelimuti kehidupan seseorang, sayuran itu harus dipotong pendek-pendek.

Lebih lanjut, Jeffrey mengatakan sebetulnya orak-arik buncis merupakan pengembangan dari oseng-oseng buncis. Oseng-oseng buncis bisa dipadukan dengan berbagai bahan, seperti oseng buncis telur, oseng buncis daging, bruceta orak-arik buncis, dan sebagainya. “Bruceta yang biasanya dimakan dengan dicocolkan saus, bisa dimakan dengan memberikan topping daging ayam dan buncis,” papar dia.

Tentang minuman kunyit asam, Jeffrey mengatakan bisa masuk ikon kuliner Nusantara juga lantaran bahannya mudah didapat. Dibandingkan Bali, Jeffrey menambahkan untuk urusan kuliner, Solo lebih unggul, karena mulai dari makanan, kudapan, hingga minumannya khas dan orisinal. “Orang Solo patut berbangga hati dengan makanan tradisionalnya. Sayurnya masuk, makanan, dan minumannya juga masuk,” terang dia.

Ikon kuliner khas Solo ketiga yang masuk 30 ikon kuliner Nusantara adalah sega liwet. Makanan dengan cita rasa nasi gurih ini menurut sejarawan muda asal Solo Heri Priyatmoko dipopulerkan oleh orang Baki, Sukoharjo. Menurut Heri, orang Baki zaman dulu sangat mahir membuat sega liwet.

Popularitas warga Baki yang mahir membuat sega liwet itu setara warga Laweyan yang pandai membuat batik. Biasanya mereka berjualan di pinggir jalan. Namun orang yang membeli bukan hanya masyarakat kalangan bawah, tapi juga golongan berduit.

“Mereka menyukai makan dengan nasi pincuk dan sendok suru. Pincuk itu sendiri sebenarnya simbol kalangan bawah karena dulu tidak kenal piring. Tapi sekarang cara makan seperti itu malah disukai,” ujar Heri.

Ia menerangkan sega liwet adalah satu-satunya sajian kuliner yang merubuhkan strata sosial sekaligus menyamaratakan status orang kaya dan miskin. Sega liwet bisa dinikmati oleh orang tua maupun muda, lintas suku dan lintas sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya