SOLOPOS.COM - Galabo Solo (JIBI/dok)

Kuliner Solo mendapat pengakuan masyarakat luas namun masih banyak hal yang perlu ditingkatkan.

Solopos.com, SOLO—Dikukuhkannya Solo sebagai unggulan destinasi wisata kuliner Tanah Air masih menyimpan banyak pekerjaan rumah (PR). Penataan sentra kuliner dan higienitas produk masih perlu ditingkatkan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Solo, Daryono, mengatakan perlu ada evaluasi mengenai penataan sentra kuliner, seperti Gladag Langen Bogan (Galabo). Diakuinya, tidak pernah merekomendasikan wisatawan untuk menikmati kuliner di lokasi tersebut.

Hal ini karena wisatawan mengetahui kondisi pada siang hari yang berdebu saat berwisata belanja ke Pusat Grosir Solo (PGS) maupun Beteng Trade Center (BTC).

“Penataan sentra kuliner harus diperhatikan terutama untuk yang semi permanen supaya lokasi tetap baik dan kebersihan terjaga. Kalau di Galabo itu siang dan malam yang berjualan berbeda, kemudian lokasinya juga berdebu, kalau untuk wisata kuliner belum pas,” ungkap Daryono saat dihubungi solopos.com, Minggu (20/3/2016).

Oleh karena itu, dia menilai pemangku kepentingan harus melakukan edukasi dan penataan ulang karena pedagang tersebut yang mencitrakan wisatawan kuliner Solo. Dia mengatakan beberapa waktu lalu, Asita Solo bersama Indonesian Chef Association (ICA) Solo telah melakukan edukasi tapi masih harus ada edukasi yang lebih intens.

Apalagi kuliner Solo ini juga banyak mengandung kolesterol sehingga diharapkan pedagang bisa menerangkan kandungan dan memahami sejarahnya sehingga bisa menceritakan ke wisatawan. Hal ini sebagai daya tarik tambahan. Menurut dia, konsistensi rasa, mutu layanan, dan harga harus terus dijaga.

“Kuliner Solo unggul dari tradisinya, seperti nasi liwet, tengkleng, gudeg ceker, cabuk rambak, selat solo, timlo, dan serabi. Soal taste [rasa] kuliner Solo menang karena rasanya enak tapi kebersihan masih harus diperhatikan. Kebersihan ini tidak bisa hanya sekadar edukasi tapi perlu pengawasan juga,” kata dia.

Dia mengungkapkan permasalahan klasik yang masih dialami hingga saat ini masih tetap ada adalah “kalkulator rusak.” Dia mengatakan meski sudah berkurang tapi masih ada beberapa pedagang yang menerapkan harga tinggi untuk wisatawan.

Lebih lanjut, dia menyampaikan wisata kuliner selama ini sudah dimasukkan ke dalam paket wisata. Bahkan tidak sedikit masyarakat Jogja, Semarang, dan Salatiga yang datang ke Solo untuk menikmati kuliner khas Solo.

Namun untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan wisatawan, biasanya kuliner khas Solo ini dinikmati di hotel, restoran atau mengundang pedagang ke lokasi tertentu yang lebih terjaga kebersihan dan ditata lebih rapi.

General Manager The Alana Hotel and Convention Center, Sistho A. Sreshtho, mengungkapkan dikukuhkannya Solo sebagai kota wisata kuliner ini mendukung program hotel.

Dia menyampaikan hotel bintang ini ingin menjadi hotel dengan sajian food and beverage (fnb) terbaik di Solo. Oleh karena itu, The Alana akan mendukung destinasi kuliner dengan mengadakan bermacam event besar mengenai kuliner, tidak hanya kuliner lokal tapi juga luar kota dan luar negeri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya