SOLOPOS.COM - Aktivitas pedagang berjualan makanan di Selter Gladak Langen Bogan (Galabo), Solo, Senin (21/3/2016). Galabo menjadi andalan Pemkot Solo sebagai destinasi pusat kuliner untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke Kota Solo. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Kuliner Solo, Galabo dinilai kurang adaptif dengan perkembangan kuliner dan selera konsumen.

Solopos.com, SOLO–Komisi IV DPRD mendorong Gladak Langen Bogan (Galabo) berbenah jika tak ingin ditinggalkan pelanggan. Pusat kuliner yang dibangun di masa Wali Kota Joko Widodo itu dinilai kurang adaptif dengan perkembangan kuliner dan selera warga.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ketua Komisi IV, Hartanti, mengatakan warga kini tak hanya sekadar mencari “rasa” ketika menikmati kuliner. Menurut Hartanti, desain lokasi atau pengemasan produk makanan menjadi ketertarikan sendiri bagi warga maupun wisatawan. “Galabo sepi karena variasinya kurang. Begitu-begitu saja. Mestinya tiap tahun ada inovasi,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (21/3/2016).

Hartanti menilai Galabo sebenarnya tak kekurangan variasi kuliner tradisional yang khas. Menurut politikus PDI Perjuangan (PDIP) ini, kelebihan itu mestinya dapat dioptimalkan dengan pengembangan pasar menyesuaikan tren terkini. Pasalnya, saingan Galabo kini tak terhitung jumlahnya. “Hampir di semua wilayah kini memunyai titik kuliner. Entah yang dikelola Pemkot, masyarakat atau swasta. Kuliner Solo tak pernah tidur.”

Pihaknya yakin wisatawan akan kembali melirik Galabo jika Pemkot memiliki rencana jangka panjang terhadap sentra kuliner itu. Sinergi antara pedagang Galabo siang dan malam juga diperlukan agar kebersihan kawasan kuliner tetap terjaga. “Kami juga mendorong Pemkot mengembangkan pusat-pusat kuliner lain untuk daya tarik Solo,” kata dia.

Sekretaris Komisi II, Supriyanto, menilai Pemkot butuh satu lagi pusat kuliner di tengah kota untuk meneguhkan Solo sebagai kota kuliner. Menurut Supri, pusat kuliner itu dapat mengakomodasi PKL city walk yang saat ini terkatung-katung mencari lokasi yang layak. “Kumpulkan PKL-PKL ke dalam satu titik. Selain bisa dipoles menjadi potensi, Pemkot lebih mudah menatanya.”

Supri menambahkan fasilitas seperti hotspot juga diperlukan sebagai penunjang kawasan kuliner. “Kembangkan pusat kuliner sebagai ruang publik yang nyaman,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya