SOLOPOS.COM - Pengendara sepeda motor melintas di depan warung getuk satu rasa yang lebih dikenal dengan nama Gethuk Kethek di Kampung Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Minggu (8/3/2020). (Semarangpos.com-Nadia Lutfiana Mawarni)

Solopos.com, SALATIGA — Nama Getuk Kethek lebih kondang ketimbang nama asli kedai di Jl. Agrotunggal, Kampung Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah itu, Getuk Satu Rasa. Namun, apapun namanya, olahan singkong berasa manis yang dijual kedai itu kondang sebagai karya kuliner khas Salatiga.

Tatkala Semarangpos.com mendatangi rumah produksi getuk itu, Minggu (8/3/2020), dua pekerja sibuk membuat adonan getuk menjadi pulen.  Adonan singkong yang telah pulen itu selanjutnya dibentuk kotak yang tersekat-sekat. Penganan itu lalu jadi komoditas buruan warga di Salatiga.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Merek aslinya Getuk Satu Rasa yang dipatok pemiliknya kalah pamor oleh Gethuk Kethek yang lebih banyak dikenal warga. Ciri khasnya, sang pemilik, Santoso, memelihara seekor monyet yang diikatkan pada sebatang pohon.

Begal Grobogan Masih ABG, Rekaman CCTV Viral

Ekspedisi Mudik 2024

“Itu justru menjadi ciri khas. Ada monyet di teras rumah sehingga warga kerap menyebutnya Gethuk Kethek,” ujar pemilik kedai, Santoso.

Santoso merupakan generasi kedua pengelola kedai. Sebelumnya kedua orang tua Santoso memulai bisnis yang sama pada 1980-an dengan nama Getuk Satu Rasa.

Getuk ini dijual per boks yang berisi 20 potong dengan harga Rp14.000. Karya kuliner itu bukan hanya digemari warga lokal namun kondang hingga keluar kota. Kini Getuk Kethek bahkan jadi karya kuliner andalan karena dianggap sebagai oleh-oleh khas Salatiga.

Bungkusan Ganja Ditemukan di Pagar Rutan Purwodadi

Santoso bercerita sepanjang musim penghujan produksinya sama sekali tidak mengalami penurunan. Termasuk untuk mendapatkan bahan baku utama dari wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya.

Ratusan Boks/Hari

Dalam sehari ratusan boks diproduksi. Dengan rata-rata menghabiskan 150 kg singkong ditambah gula pasir dan kelapa. “Mau musim penghujan atau kemarau produksi tetap sama, dan tidak ada pengaruh,” ujar Santoso.

Santoso memperkirakan salah satu sebabnya adalah pengolahan getuk yang masih menggunakan cara tradisional tanpa bahan pengawet. Dengan demikian, dalam sehari getuk hanya bisa bertahan paling lama enam jam.

7 Fans Bertemu Didi Kempot Akibat Tik Tok

Getuk yang lebih gampang basi itu akhirnya membuat pelanggan hanya membeli dalam jumlah kecil. Sekali datang, rata-rata pelanggan hanya membeli dua boks. “Sementara untuk keuntungan bersih dalam sehari bisa mencapai satu juta,” ungkap dia.

Seorang pembeli asal Kota Semarang, Puji Astuti, mengatakan dirinya selama ini penasaran dengan nama Getuk Kethek yang kerap dipesan orang sebagai oleh-oleh dari Salatiga. “Mumpung mampir ke Kota Salatiga akhirnya mampir,” ungkap Astuti.

Bagi dia, getuk dengan tekstur lembut dan rasa manis ini memiliki keunikan tersendiri. Sebab getuk yang selama ini dikenalnya tidak mencampurkan kelapa dengan singkong yang sudah pulen. “Kelapa biasanya ditabur, tapi ini langsung dicampur di getuknya,” terang dia.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya