SOLOPOS.COM - Tentara Mesir melakukan kudeta 3 Juli 2013 lalu. Kini sebagian tentara dikabarkan tak sejalan dengan langkah itu. (JIBI/Solopos/Reuters/Amr Abdallah Dalsh)

Tentara Mesir melakukan kudeta 3 Juli 2013 lalu. Kini sebagian tentara dikabarkan tak sejalan dengan langkah itu. (JIBI/Solopos/Reuters/Amr Abdallah Dalsh)

Tentara Mesir melakukan kudeta 3 Juli 2013 lalu. Kini sebagian tentara dikabarkan tak sejalan dengan langkah itu. (JIBI/Solopos/Reuters/Amr Abdallah Dalsh)

Solopos.com, KAIRO — Di tengah kekhawatiran dunia atas masa depan Mesir yang bakal mengidap konflik berkepanjangan akibat kudeta militer, juru bicara pemerintah transisi Mesir Ahmed Al Musalamani menyatakan krisis Mesir tidak akan terperosok ke dalam perang saudara seperti di Suriah. Pernyataan juru bicara presiden transisi Adli Mansour itu disampaikan guna menanggapi rumor yang santer beredar di antara  masyarakat setempat tentang adanya kemungkinan munculnya jaisy al hurr atau tentara pembebasan guna melawan pemerintah seperti yang terjadi di Suriah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Mesir tidak akan menjadi Suriah kedua,” tegas Musalamani di Kairo, Selasa (23/7/2013). Dia menegaskan pula bahwa siapa pun yang mendorong Mesir ke arena perang saudara maka dia adalah pengkhianat negara.

Menurut rumor itu, sebagian tentara Mesir merasa tidak nyaman dengan kudeta militer yang diprakarsai Menteri Pertahanan/Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Abdel Fatah Al Sisi. Al Sisi melengserkan Presiden Mohamed Morsi 3 Juli 2013 lalu atas dasar desakan massa anti-pemerintah yang berdemonstrasi sejak 30 Juni 2013 lalu. Setelah menggulingkan dan menahan Morsi, kubu militer Al Sisi lalu mengangkat Ketua Mahkamah Konsititusi Adli Mansour sebagai presiden transisi.

Lebih lanjut Musalamani menjelaskan Presiden Mansour kini tengah melakukan kontak intensif dengan semua kekuatan politik, termasuk kubu Islam dari Ikhwanul Muslimin, guna menjalin rekonsiliasi nasional demi mengakhiri krisis. Dalam pidato memperingati HUT Ravolusi 23 Juli, Senin malam lalu, Presiden Mansour kembali mengimbau semua pihak untuk melakukan rekonsiliasi nasional dalam membangun negara demokrasi hakiki.

Namun, kelompok muslim paling berpengaruh di Mesir Ikhwanul Muslimin yang pada pemilu lalu mendukung Morsi sontak menolak ajakan tersebut. Mereka tetap menuntut agar keabsahan Presiden Morsi dikembalikan. Sikap itu mereka perjelas dengan mempertahankan massa demonstran yang jumlahnya jauh lebih besar daripada massa demonstran oposisi.

Sementara itu, bentrokan sporadis antara pendukung dan penentang Morsi terus terjadi di Kairo dan berbagai kota provinsi sejak Morsi dilengserkan. Tercatat lebih dari 150 orang tewas dalam sebulan terakhir. Bentrok yang tak kunjung berakhir itu membuat negara Barat seperti Jerman, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Inggris berharap-harap cemas dengan masa depan Mesir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya