SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Massa Ikhwanul Muslimin kembali turun ke jalan untuk berdemonstrasi Jumat (12/7/2013) guna menuntut dikembalikannya kursi kepresidenan yang direngut kudeta militer. (JIBI/Solopos/Reuters/Mohammed-Abd-El-Ghany)

Massa Ikhwanul Muslimin kembali turun ke jalan untuk berdemonstrasi Jumat (12/7/2013) guna menuntut dikembalikannya kursi kepresidenan yang direngut kudeta militer. (JIBI/Solopos/Reuters/Mohammed-Abd-El-Ghany)

Solopos.com, BERLIN — Negara lain boleh saja bersikap kelewat hati-hati menyikapi kudeta militer terhadap Presiden Mesir Muhamed Morsi. Tetapi tidak dengan Jerman yang terang-terangan menyerukan pembebasan presiden yang terpilih dalam pemilu demokratis di Negeri Piramida itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seruan Jerman itu justru dikemukakan ke hadapan publik dunia, Jumat (12/7/2013), tatkala ketegangan antara pendukung Presiden Morsi dan penentang yang menggulingankannya berada pada titik terpanas. Saat ini, jemaah Ikhwanul Muslimin yang mendukung Morsi telah bertekad tetap berunjuk rasa sampai hasil pemilu sebelumnya dipulihkan.

Puluhan ribuan,  orang pengikut Ikhwanul Muslimin bahkan mengabaikan kemungkinan menjadi sasaran peluru militer sebagaimana puluhan rekan seperjuangan mereka yang telah lebih dulu mengorbankan nyawa beberapa hari terakhir ini. Tak ingin kekerasan berlanjut di Mesir, maka Jerman pun bersikap tegas.

“Kami menyerukan pengakhiran pembatasan keberadaan Morsi,” kata juru bicara kementerian luar negeri Jerman kepada wartawan. Moursi menurut kementerian luar negeri Mesir kini ditahan di “tempat aman untuk keselamatannya” dan belum didakwa atas kasus apa pun.

Meski demikian, sumber pers di kalangan tentara dan peradilan menyatakan bahwa Morsi kemungkinan diadili. Sebagai presiden sementara, militer mendudukkan Ketua Mahkamah Agung Adli Mansour menggantikan Morsi. “Kami dan mitra kami berpendapat bahwa setiap penampilan peradilan khusus di Mesir harus dihindari dan tidak boleh ada penganiayaan politik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman itu.

Ia selanjutnya juga meminta agar lembaga dengan kredibilitas tinggi seperti Palang Merah Internasional diberi akses untuk bertemu Morsi. Selanjutnya, Jerman berseru juga agar semua kelompok yang bertikai di Mesir menahan diri dari kekerasan. Ditegaskannya bahwa sikap yang ditunjukkan Jerman itu bukanlah didasarkan pada hukum negeri itu semata melainkan demi kebaikan Mesir sendiri. “Itu bukan hanya ungkapan asas aturan hukum kami, tapi juga keyakinan kami bahwa segala bentuk penganiayaan politik akan merusak masa depan Mesir,” tegasnya.

Jerman berkeyakinan demokrasi hanya bisa kembali ke Mesir jika semua kekuatan politik ikut dalam peralihan demokratis. Sebelumnya, Kamis 11/7/2013), Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon menurut juru bicara Jerman itu mengingatkan, juga menyatakan keprihatinan tentang penahanan Morsi dan pemimpin lain Ikhwanul Muslimin, termasuk menteri luar negeri negara itu.

Ban Ki-moon setelah pembicaraan melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Mesir Mohammed Kamal Amr menurut juru bicara badan dunia itu, Martin Nesirky, kepada wartawan, memang menegaskan tidak boleh ada saling-balas terhadap pihak mana pun setelah kudeta militer terhadap Morsi. Amerika Serikat (AS), Kamis itu, juga mendesak pemimpin sementara Mesir dan tentara agar menghentikan penangkapan sewenang-wenang anggota Ikhwanul Muslimin dan menyatakan langkah tersebut hanya akan memperpanjang kemelut politik di negara itu.

Sudah banyak penangkapan dalam beberapa hari belakangan menyasar kelompok tertentu, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki. “Itu tidak sejalan dengan pernyataan pemerintah sementara dan tentara bahwa mereka tengah mengejar rujuk bangsa,” katanya kepada wartawan sebagaimana dikuti Kantor Berita Antara dari AFP.

Sebelumnya, sikap negara-negara sahabat Mesir terkesan ragu-ragu untuk menyebut tindakan militer terhadap Morsi sebagai kudeta. Bahkan penguasa sementara Mesir langsung menyampaikan protes tatkala Turki menggunakan diksi tersebut. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berbuka puasa bersama dengan para duta besar negara sahabat juga hanya menyebut kudeta itu sebagai prahara politik di tengah demokratisasi Mesir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya