SOLOPOS.COM - Monumen yang menjadi penanda kuburan massal di hutan jati Plumbon, Kota Semarang, Kamis (25/8/2022). (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Jauh dari hiruk pikuk keramaian Kota Semarang, tepatnya di tengah hutan jati terdapat sebuah kuburan massal yang konon sudah ada sejak tahun 1965. Kuburan itu merupakan makam para korban pembantaian tragedi 1965.

Lokasi makam itu terletak di tengah hutan jati. Akses kendaraan menuju makam itu pun cukup sulit. Terlebih, tidak ada penanda atau penunjuk arah menuju kuburan tersebut membuat makam korban pembantaian tragedi 1965 itu pun jarang didatangi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meski demikian, konon ada 24 orang yang dibunuh dan dimakamkan di kuburan massal yang ada di tengah hutan jati Semarang itu. Namun, hanya delapan korban yang namanya terukir di monumen yang menjadi penanda kuburan tersebut.

“Itu [nama-nama yang tertulis di monumen] korban pembunuhan massal. Mereka dibunuh di sana karena dicurigai [anggota] PKI [Partai Komunis Indonesia]. Sebenarnya ada 24-an orang yang dikubur di situ, tapi tak diketahui identitasnya. Hanya delapan saja,” ujar Ketua RT 007/RW 003 Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Gunawan, 50, kepada Solopos.com, Rabu (24/8/2022).

Gunawan menambahkan hingga saat ini setidaknya ada satu keluarga korban yang kerap berziarah di kuburan massal yang terletak di kawasan hutan perbatasan Semarang dan Kendal itu. Mereka merupakan keluarga salah satu korban yang bernama Moetiah.

Baca juga: Kuburan Massal Tragedi 1965 di Semarang, Dari Tempat Cari Nomor Togel Jadi Situs PBB

Ironisnya, keluarga korban pembantaian 1965 itu selalu datang dengan cara sembunyi-sembunyi. Hal itu dilakukan keluarga Moetiah sebelum tahun 2015 lalu, atau sebelum monumen yang berisi daftar nama korban itu didirikan.

“Setelah makam itu [terungkap], keluarga itu baru berani datang terang-terangan. Biasanya, mereka berziarah pada malam Jumat Kliwon,” imbuh Gunawan.

Keramat

Gunawan pun tak menampik bila sebelum monumen dibangun pada 1 Juni 2015, kuburan massal korban pembantaian tragedi 1965 di Semarang itu dianggap keramat. Bahkan tak jarang warga yang datang ke makam itu hanya untuk sekedar mencari peruntungan nomor togel.

Baca juga: Menengok Ereveld Kalibanteng, Kompleks Makam Orang Belanda di Semarang

“Bahkan, sampai saat ini masih ada [mencari nomor togel di kuburan massal]. Tapi kebanyakan orang dari luar [Semarang] yang mencari. Mereka datang membawa kopo, kemennyang, sigaret [rokok], terus duduk di sana malam-malam, nunggu wangsit nomor togel,” ujar Gunawan.

Kuburan massal yang terletak di hutan jati Kampung Plumbon, Semarang ini pun memang memiliki kesan angker. Meski demikian, makam tersebut saat ini telah diakui Organisasi Bangsa-Bangsa atau PPB sebagai salah satu situs persekusi politik.

Makam itu diakui sebagai situs pengingat tindak kejahatan hak asasi manusia pada 1 Mei 2019 lalu. “Makam Plumbon masuk dalam kategori situs persekusi politik bersama kuburan massal Priaranza del Bierzo di Spanyol dan Space for Memory and for the Promotion and Defense of Human Rights [Former ESMA] di Argentina,” ujar pegiat HAM asal Semarang, Yunantyo Adi Setyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya