SOLOPOS.COM - Rumah lokasi pembongkaran makam di Dusun Kemloko Tempel Sleman (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Solopos.com, KLATEN — Puluhan orang laki-laki berseragam cokelat dan membawa senjata laras panjang mengiringi pemakaman seorang warga di Dusun Canden, Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Rabu (19/2/2014). Hal itu menarik perhatian warga sekitar untuk ikut berkumpul menyaksikan prosesi pemakaman tersebut.

Seusai peti jenazah ditempatkan di dekat liang lahat, tembakan dari beberapa orang berseragam cokelat itu membuka upacara pemakaman yang dinamakan Apel Persada. Sebab, jenazah yang hendak dimakamkan itu adalah seorang perwira polisi dari Polresta Jogjakarta yakni AKP Wiyoko.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ia merupakan korban pembunuhan yang ditemukan di sebuah rumah kosong di Dusun Kemloko, Desa Margorejo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Januari lalu.

Sebelumnya, pria kelahiran Klaten, 11 Juli 1970 ini menjabat sebagai Kanit Binmas Polsek Umbulharjo yang hilang sejak Desember 2012.

Namun, di balik misteri kasus pembunuhannya, ia dikenal baik oleh warga sekitar tempat kelahirannya di Klaten. Bahkan, ia sering pulang ke rumah orangtuanya yakni Karno Tiyoso dan Komsiah di Dusun Canden, Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan.

“Pak Wiyoko orangnya baik dan supel. Dia sering pulang ke rumah orangtuanya karena masih banyak saudaranya disini [Klaten]. Terakhir, saya bertemu dengannya sekitar 1,5 tahun lalu dan setelah itu dia jarang pulang ke Klaten,” kata seorang tetangganya, Warsono, 42, yang dijumpai wartawan saat menghadiri pemakaman AKP Wiyoko, Rabu.

Menurutnya, saat bertemu terakhir kali dengan AKP Wiyoko, ia hanya mengobrol hal-hal umum dan tidak ada firasat apa pun. Setelah itu, ia pun sempat mendengar kabar jika AKP Wiyoko menghilang tanpa kabar. Warsono pun kaget setelah dua pekan lalu mendengar kabar tetangganya itu ditemukan meninggal dan diduga menjadi korban pembunuhan.

“Sekitar dua pekan pekan lalu saya membaca berita di koran kalau Pak Wiyoko ditemukan meninggal dunia. Saya kaget dan tidak menyangka kalau di menjadi korban pembununan. Padahal, dia orang yang baik,” imbuhnya.

Serupa yang diungkapkan Harso, 50, seorang tetangganya di tempat AKP Wiyoko tinggal bersama keluarganya di Kabupaten Sleman. Ia menyatakan walaupun menjadi tetangga dekat yang berada di depan rumahnya, tetapi sudah sekitar dua tahun ia tidak bertemu.

Menurutnya, AKP Wiyoko memiliki banyak usaha sampingan dan terakhir kali bisa bertemu hendak pergi berbisnis.

“Rumah saya di Sleman persis di seberang rumah Pak Wiyoko. Tapi, saya sudah lama tidak bertemu. Terakhir ketemu, saya sempat ngobrol dengan Pak Wiyoko dan dia hendak pergi untuk berbisnis, setelah itu saya tidak tahu kabarnya, dan tiba-tiba ada kejadian itu [penemuan jenazah di rumah kosong],” katanya kepada wartawan saat ikut menghadiri pemakaman, Rabu.

Pemakaman itu dipimpin oleh Wakapolresta Jogjakarta, AKBP Agustinus Suprianto, sekitar pukul 14.00 WIB yang sebelumnya dibawa dari persemayaman di Kabupaten Sleman, DIY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya