SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

GUNUNGKIDUL—Sejumlah petani di Desa Umbulrejo, Ponjong mengeluhkan kualitas pupuk bersubsidi terutama jenis urea dengan kualitas rendah karena kondisi fisik terlalu keras dan berbentuk seperti tepung. Tak mau rugi dengan kondisi tersebut mereka pun sepakat untuk ‘melawan’ peredaran pupuk kimia dengan menggunakan pupuk organik dari kotoran ternak.

“Kami sudah sepakat untuk melawan peredaran pupuk kimia dengan mengganti pupuk organik, karena kualitas pupuk kimia juga terus menurun,” terang Kasno, Ketua Forum Gapoktan Kecamatan Ponjong (FORGAP) kepada Harian Jogja, Rabu (5/10).

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Menurut dia, penurunan kualitas pupuk bersubsidi terjadi sejak dua bulan terakhir. Pupuk jenis urea tampak keras jika akan disemaikan harus dipukul terlebih dahulu agar halus sesuai butiran ukuran pupuk. Selain itu, lanjutnya, ada pupuk yang kondisinya seperti tepung dan sangat menyulitkan petani jika akan disemaikan.

“Ada juga yang seperti tepung kalau disebar kabur diterpa angin, kalau keras menjadikan boros,” imbuhnya.

Kondisi itu juga diakui oleh Sumarjo, 53, petani asal Karangmojo memiliki lahan di Ponjong. Petani yang memiliki lahan seluas 700 meter persegi ini membeli pupuk bersubsidi sekitar sebulan lalu dengan kebanyakan seperti tepung dan juga keras.

“Prongkal-prongkal [keras-keras] kalau mau disebar susah,” ujar pria yang biasa memanen padi selama tiga kali dalam setahun ini.

Kasno mengakui mengubah kebiasaaan petani yang sangat bergantung terhadap pupuk kimia sangatlah sulit. Meski demikian tahun ini berdasarkan pengeluaran pupuk kimia yang tertuang dalam  Rencana Daftar Kebutuhan Kelompok  (RDKK) di Kecamatan Ponjong sudah mengalami perimbangan antara pupuk kimia dengan organik.

Soal kian rendahnya kualitas pupuk bersubsidi, Kasno berharap kepada pemerintah melakukan pemantauan terhadap kualitas pupuk terutama saat ini jelang pengajuan RDKK dan musim tanam. Di Ponjong sendiri setiap desa rata-rata mengajukan RDKK 15 ton NPK dan 117 pupuk urea melalui Gapoktan desa. Angka tersebut untuk mencukupi lahan seluas 450 hektare di setiap desa.(Harian Jogja/Sunartono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya