Solopos.com, JAKARTA -- Kendati jumlah kematian positif Covid-19 di angka ratusan, jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protap khusus di Jakarta mencapai lebih dari 1.000 orang. Ini menandakan bahwa angka orang terinfeksi virus corona namun tak terdeteksi (underdiagnozed) sangat tinggi.
Hal itu diungkapkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dia menjelaskan bahwa kunci utama penanganan pandemi Covid-19 akibat virus SARS-CoV-2 berada pada ketersediaan infrastruktur kesehatan.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Instruksi Kapolri Bersiap Hadapi Kerusuhan Saat Wabah Covid-19, Ada Apa?
Anies menyampaikan data itu dalam rapat bersama tim pengawas penanggulangan Covid-19 DPR yang dipimpin Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, Kamis (16/4/2020). Dia menyampaikan ada tiga masalah kritis dalam pandemi virus corona ini.
"Kita memiliki masalah tiga lapis. Pertama adalah masalah kesehatan, berdampak pada lapis kedua masalah ekonomi, berdampak pada masalah sosial. Tapi, intinya ada di masalah kesehatan karena kalau tidak tertangani akan berdampak ke masalah lain," ungkap Anies.
Sulit Lolos, Pendatang Masuk Semarang Wajib Lapor Pakai Barcode
Dengan tingginya jumlah kematian atau jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19, Anies mendesak tiga hal untuk mengoptimalkan infrastruktur kesehatan.
Pertama, adalah peningkatan kapasitas testing. Hal ini akibat masih banyak terduga Covid-19 di Jakarta yang masih underdiagnosed atau yang belum sempat melakukan tes swab, namun telanjur meninggal dunia.
Pemerintah Buka Data ODP dan PDP Covid-19, Pakar UI: Telat!
"Ilustrasi tentang pemakaman mereka [ jenazah ] yang dimakamkan dengan protap [prosedur tetap] Covid-19 sampai tadi malam berjumlah 1.043. Tidak semuanya diketahui sebagai Covid-19. Kenapa? Karena mereka sudah dites, tapi belum keluar atau sedang antri untuk tes tapi sudah meninggal. Jadi kemampuan kita testing itu sangat penting," jelas Anies.
Kedua, yakni peningkatan fasilitas perawatan kesehatan. Menurut Anies, hal ini karena Jakarta, bahkan Indonesia, kapasitas perawatan kesehatan tidak dipersiapkan untuk menghadapi pandemi.
Pakar UI: Staf Khusus Presiden Digaji Negara, Paling Tidak Mikir Covid-19 Lah!
Anies menjelaskan dalam kondisi normal, kapasitas perawatan kesehatan di Jakarta hanya ada 190 rumah sakit. Di dalamnya terdapat 23.000 bed, 714 ICU, 647 ruang isolasi, dan 947 buah ventilator.
Tak Semua Bisa Masuk RS
Melihat tingginya jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19 itu, ada potensi pasien yang tidak bisa dirawat semakin besar.
"Ini semua dalam situasi hari ini saja, sudah terasa padat. Bila tren naik terus maka ini akan semakin sulit kalau kita memakai rumus 20 persen dari jumlah total positif Covid-19 harus dirawat secara intens," jelasnya.
Jenazah Perawat di Ungaran Ditolak Warga, Anaknya Trauma & Stres
Terakhir, yakni terkait dengan kondisi sosial ekonomi, bantuan bagi mereka yang prasejahtera; terutama yang berada di perkampungan padat.
Anies meminta dukungan pemerintah pusat terkait hal ini. Sementara itu, upaya yang telah dilakukan Pemprov DKI Jakarta yakni menyediakan tempat isolasi di kelurahan bagi penduduk yang ODP atau memiliki gejala ringan yang harus isolasi mandiri.
Tentu ini harus dibarengi perluasan tes massal untuk menekan tingginya jumlah orang underdiagnozed dan tercermin dari banyaknya jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19.
200 Perusahaan Jakarta Diizinkan Kemenperin Beroperasi, Buat Apa PSBB?
"Karena mereka yang tinggal di rumah dengan sosial-ekonomi yang baik, satu KK punya banyak ruangan. Kalau yang sosial ekonomi lebih rendah, satu ruangan bisa banyak KK. Karena itulah kami menyiapkan di setiap kelurahan tempat untuk isolasi mandiri," ujar Anies.