SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Foto Kristanto alias Kristian
JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto

Mimpi dan cita-cita boleh setinggi langit. Namun siapa yang bisa menduga rencana Tuhan. Mimpi meretas karir sebagai pemain bola profesional yang dirajut Antonius Kristanto harus menemui jalan yang teramat terjal akibat cedera yang dialami. Meski demikian, dia tak pernah jera, apapun keadaannya. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Arief Junianto.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Pemuda jangkung berumur 22 tahun yang akrab disapa Kristian tak pernah menyangka jika dia harus melewatkan sekian banyak momen penting yang seharusnya bisa menjadi kenangan indah dalam sejarah hidupnya bersama PSIM Jogja. Pemain asal PS RAS Jogja ini harus rela menyaksikan kawan-kawannya berjibaku di tengah lapangan akibat cedera. Dia cedera lutut saat mengawali impian sebagai pemain profesional bersama Laskar Mataram, 11 Februari lalu.

Ketika itu, Kristian, sapaan akrabnya, harus terpincang-pincang menuju tepi lapangan usai bertabrakan dengan salah satu pemain Persik Kediri. Akibatnya, otot ligamen luar di lutut kirinya robek yang ckup parah. Setelah tim dokter PSIM melakukan cek medis, anak ke dua dari tiga bersaudara ini pun divonis mengalami cedera lutut parah, cedera yang terkenal menjadi momok bagi hampir semua pemain sepak bola.

Tak sedikit pemain sepak bola yang harus gantung sepatu akibat cedera seperti itu. Jangankan pemain profesional dari klub kecil sepertinya, para pemain besar dari klub bergelimang dollar pun banyak yang menyerah dan memutuskan untuk pensiun dari lapangan hijau setelah dibekap cedera ligamen. Tak pelak, kisah-kisah itulah yang membuat semangatnya menciut.

“Jangankan menendang bola, untuk berdiri saja sulit,” ucapnya.
Namun berkat dukungan keluarga, dia tetap bersemangat untuk terus bermain bola. Seluruh keluarganya memberikan dukungan dan semangat. Itulah yang ternyata menciptakan semacam keajaiban bagi kesembuhan Kristian.

Setiap hari, ia hanya bisa menahan sakit ketika kakinya digerakkan. Selama itu pula ia pun begitu tergantung dengan tongkat yang menyangga tubuhnya.

Keteguhannya itu pun kembali harus diuji, ketika dua minggu setelahnya, tim medis memutuskan untuk memasang gips di lututnya untuk menjaga lututnya agar tak banyak mengalami kontraksi. Sejak itu, sehari-hari ia pun hanya akrab dengan kruk dan kaki kanan yang terbungkus gips.

Selang 1,5 bulan, gips itu tim dokter akhirnya melepas gips itu dari kakinya. Dengan tertatih, perlahan ia berusaha berjalan tanpa menggunakan kruk. Alhasil, dalam waktu 1,5 minggu, ia pun bisa berjalan tanpa menggunakan kruk itu.
Perjuangannya belum selesai. Setiap hari ia tetap berusaha keras menahan sakit ketika masseur PSIM melakukan terapi akupresur di lututnya. Namun baginya, rasa sakit itu tak lebih dari sekadar cambuk untuk membuatnya tetap pada tujuan awal, yakni meretas mimpi di klub tercintanya.

Kristian memang harus beristirahat total hingga akhir kompetisi. Dengan begitu, mau tidak mau, ia pun harus menyimpan dulu sepatu dan fokus pada penyembuhan lututnya.
”Awalnya kami pesimistis dengan karirnya di PSIM musim ini. Tapi Kristian mampu membuktikan kesungguhannya,” ucap Pelatih PSIM Maman Durrachman yang mengaku terkesan dengan perkembangan kondisi lutut Kristian.

Kini, di benak Kristian hanya ada satu tujuan. Ia hanya ingin membuktikan bahwa mimpi dan keajaiban itu sangatlah dekat. Setidaknya keputusan PSIM untuk mempertahankannya adalah sebuah mukjizat yang ingin segera dibuktikannya di lapangan hijau. ”Saya cuma ingin sembuh. Saya harus dan pasti sembuh. PSIM adalah mimpi saya,” kata Kristian.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya