SOLOPOS.COM - Krisnina Maharani Akbar Tandjung (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Krisnina Maharani Akbar Tandjung (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Roemahkoe Heritage Hotel adalah bangunan yang cukup mudah dikenali di kawasan Laweyan. Inilah rumah milik Krisnina Maharani, istri mantan Ketua DPR Akbar Tandjung. Berada di bangunan lama yang masih kokoh dan memiliki nilai estetika tinggi ini, Nina dan kerabat sering menghabiskan waktu santai di Solo.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

“Saya tak pasti ke Solo. Saat ada acara khusus di sini, saya biasanya mempersiapkan semua detailnya,” ungkap dia saat dijumpai Espos. Rumah yang sebelumnya milik juragan batik bernama Pusposumarto ini berada di Kampoeng Batik Laweyan. Bangunan ini memiliki daya tarik berupa dinding menjulang tinggi khas rumah para saudagar batik. Nina mengungkapkan karena setiap sudut bangunan memiliki nilai sejarah dan budaya, dirinya tak melakukan perubahan fisik bangunan. Dia justru ingin mengelola secara profesional bersama manajemen Roemahkoe Heritage Hotel agar rumah lama itu tetap asri dan terawat.

“Saya menyukai sejarah, lewat bangunan lama ini, saya ingin mulai bercerita,” tegasnya. Keinginannya itu diwujudkan melalui aneka koleksi lukisan dari sejumlah perupa lokal, benda-benda unik seperti kerangka standing lamp dengan ukiran pada bahan kayu jati, foto-foto lama dan lukisan wayang memberikan kesan dan cerita tentang masa lalu. Siapa yang menata dan memperkuat kesan ini? Semua tak terlepas dari selera dan tangan dingin Krisnina yang akrab disapa Nina ini. Berkeinginan menyatukan konsep Jawa, seluruh ornamen dalam hotel ini harus menyatu dengan bentuk bangunan.

Keindahan bangunan lama, ungkap perempuan asal Purwotomo, Purwosari ini, terletak pada gaya masa lampau yang mempengaruhi model bangunan dan ornamennya. Dia mencontohkan kaca pateri yang menghias angin-angin yang berada di atas pintu, kaca berwarna ungu terang saat tertimpa sinar matahari ini menambah nilai estetika. Tak hanya itu, bentuk daun jendela, pintu yang tinggi dan lebar, serta bangunan secara keseluruhan menjadi aset yang terus lestari.

“Banyak yang mengatakan rumah ini seperti anugerah buat saya. Seluruh bangunan sungguh memiliki nilai arsitektur tinggi. Sejumlah ornamen, pernik-pernik rumah pun menyatu dengan kayu jati solid,” ungkap Nina. Nina mengaku menyukai bangunan lama yang memiliki nilai kebudayaan dan sejarah. Seolah tak ada bosannya mengamati dan menikmati benda-benda tersebut. Mulai dari bangunan, ornamen, sejarahnya semua dapat menjadi cerita dan pelajaran bagi anak cucu kelak. Nina menyayangkan jika ada bangunan bersejarah di Kota Bengawan ini yang telantar dan tidak dilestarikan.

“Bangunan bersejarah itu tak butuh pengakuan semata tapi juga dirawat dan diuri-uri,” ungkap dia. Kecintaan dan kepedulian Nina pada sejarah memang bukan omong kosong semata. Dia adalah termasuk aktivis yang mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan dan memrakarsai pendirian Museum Kyai Haji Samanhudi sebagai tokoh Serikat Dagang Islam (SDI) di Laweyan. “Kalau tidak kita, siapa lagi yang bakal melestarikan? Pada dasarnya semua orang juga bisa melakukan tugas ini,” tegas dia.

Dina Ananti Sawitri Setyani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya