SOLOPOS.COM - Salah satu warga pro- pemerintah atau kelompok Kaus Merah menggunakan topi yang bergambar Yingluck Shinawatra di Provinsi Nakhon Pathorn, Kamis (22/5/2014). (JIBI/Solopos/Reuters/Chaiwat Subprasom)

Solopos.com, WASHINGTON — Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) di Pentagon pada Kamis (22/5/2014) mengatakan pihaknya sedang meninjau ulang kerjasama militer termasuk latihan gabungan yang sedang berlangsung di Thailand. Hal ini terkait tergulingnya Yingluck Shinawatra dari kursi perdana menteri dan digantikan oleh panglima militer.

Padahal latihan gabungan yang sedang berlangsung tersebut melibatkan sekitar 700 marinir AS. Pemerintah AS lewat juru bicara departemen luar negerinya, Jen Psaki juga mengatakan akan memotong bantuan bilateral tahunan sekitar US$10 juta atau sekitar Rp115 milyar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Untuk pengembangan sektor fiskal mulai 1 Oktober 2013, Gedung Putih sepakat untuk memberikan bantuan kepada Thailand dengan rincian $5 juta atau sekitar Rp57 miliar untuk pembangunan, $1,900 juta atau Rp21,850 miliar untuk progam pemberantasan narkoba dan penegakan hukum, $2,100 juta atau Rp24,150 miliar untuk pelatihan militer, dan untuk penjualan senjata sebesar $900.000 atau Rp10,350 miliar.

Ekspedisi Mudik 2024

Dana yang akan dipotong adalah yang masuk kantong pemerintahan. Tidak berlaku untuk lembaga non pemerintahan dan promosi demokrasi.

Setelah kudeta Thailand yang terjadi pada 2006, Washington juga menangguhkan sekitar $24 juta atau Rp276 milyar dalam bentuk bantuan termasuk dana untuk pelatihan militer dan perdamaian. Kerusuhan politik di Thailand sebenarnya meruppakan hal yang tidak diinginkan Washington.

Tidak hanya Amerika, Singapura dan Thailand yang merupakan mitra dalam 10 anggota Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) juga menyerukan semua pihak di negeri gajah putih itu untuk menghindari kekerasan dan pertumpahan darah.

“Thailand merupakan negara regional yang penting dan anggota kunci dari ASEAN. Ketidakpastian kondisi politik yang berkepanjangan akan meragukan negara lain terhadap Thailand,” kata juru bicara kementerian luar negeri Thailand.

Ernie Bower dari Pusat Studi Strategis dan Internasional AS mengatakan pemerintah Amerika Serikat harus memberikan sanksi yang akan membuat militer Thailand khawatir.

Menurutnya, jumlah bantuan militer AS kepada Thailand tidak besar. Hal itu beralih ke tangan China yang menawakan program pelatihan dan dukungan lain.
“Hal tersebut penting, karena China telah berinvestasi energi dengan jumlah yang besar di Thailand,” kata Bower. Sehingga AS dikhawatirkan akan kehilangan aliansi terhadap negara yang sangat berpengaruh di ASEAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya