SOLOPOS.COM - Sejumlah pasukan pemberontak Suriah berbuka puasa bersama di Aleppo pada 24 Juli 2012. (guardian.co.uk)

Sejumlah pasukan pemberontak Suriah berbuka puasa bersama di Aleppo pada 24 Juli 2012. (guardian.co.uk)

ALEPPO – Akhirnya pemberontak Suriah di Aleppo menerima gaji pertamanya setelah berbulan-bulan berperang tanpa dibayar dengan uang yang sebagian berasal dari dana negara asing. Para pemberontak tersebut menerima gaji rata-rata US$ 150 atau sekitar Rp 1,3 juta.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di daerah kota tua Aleppo, pemberontak menyebut nama mereka ke perwira Suriah pembelot Kolonel Abdul Salam Humaidi, yang mencari dalam daftar dari komandan pemberontak sebelum membayar US$100.

Pemberontak itu membuat sidik jari dengan tinta di samping nama mereka untuk menunjukkan mereka sudah dibayar.

Saat mereka berkumpul, tembakan senapan terdengar dari tempat lain di kota tua itu, hanya satu dari banyak daerah di bekas ibukota niaga Suriah itu, yang menjadi medan laga pasukan Presiden Bashar Assad dengan pemberontak, yang ingin menggulingkan pemerintahnya.

“Dewan tentara revolusioner menyalurkan gaji bulanan untuk pejuang, terutama di garis depan,” kata Humaidi seperti dilansir yahoonews.

Semua pejuang sekarang dibayar US$150, tapi bisa berubah pada masa depan, dengan gaji berbeda bagi yang sudah menikah dan yang di garis depan, katanya.

Humaidi menyatakan membelot dari tentara setelah 30 tahun bertugas karena pemerintah korup dan sektarian. Ia kini pejabat keuangan untuk pemberontak Dewan Tentara Revolusioner.

Ia menolak mengatakan asal uang gaji tersebut, tapi komandan pemberontak di Aleppo kepada AFP menyatakan itu berasal dari bantuan asing dan pendukung lain, meskipun mereka berbeda negara.

“Dewan Tentara menyalurkan gaji, dengan dukungan Qatar, US$150 seorang terdaftar untuk 2 bulan,” kata Haji Bab, komandan di Brigade Tawhid, dengan menambahkan bahwa yang tidak terdaftar tidak dibayar.

Ahmed Arur, komandan di brigade Saqur Sham, menyatakan bantuan asing dan pedagang digunakan untuk membayar gaji untuk Tentara Pembebasan.

Sheikh Mahmud Mujadami, komandan dari brigade Halab Shahbaa, menyatakan sumber uang termasuk Turki, negara Teluk, negara Islam, dan Perhimpunan Cendekiawan Muslim.

Untuk petempur melawan senjata berat pemerintah Assad dengan senjata ringan, yang mereka kadangkala kekurangan peluru, uang itu terlalu lama datang.

“Kami memperoleh gaji US$150 dan kami akan menggunakannya untuk uang saku dan keluarga, untuk rumah,” kata Mohammed Nasser, yang bertempur 6 bulan tanpa dibayar.

Hussein Ristum membelot dari polisi sekitar tiga bulan lalu dan kehilangan gajinya.

“Saya tergantung pada gaji untuk keluarga saya, tapi berkat Tuhan, di brigade Tawhid ini, kami tidak perlu apa-apa. Kami menerima segalanya,” katanya.

Pasukan pemberontak membantu keluarganya saat ia bertugas tanpa dibayar. Ia menyatakan ada kesulitan, tapi berkat Tuhan, Tentara Pembebasan dan teman-teman memberi perumahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya